Mohon tunggu...
Miralka Nurdanadarma
Miralka Nurdanadarma Mohon Tunggu... Lainnya - -

Halo

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Varian Delta Muncul, Mengisyaratkan Pandemi Belum Berakhir.

17 Juli 2021   14:03 Diperbarui: 17 Juli 2021   14:53 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lebih setahun berbagai negara menghadapi ganasnya pandemi ini, termasuk negara Indonesia yang angka kasus covidnya melonjak dari waktu ke waktu. Berbagai upaya sudah dilakukan seperti saat ini pemerintah Indonesia melakukan PPKM yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Mayarakat. Banyak anggota keluarga terpaksa untuk berpisah karena situasi seperti ini, anjloknya perekonomian, dan keadaan menjadi berantakan.

Keadaan yang sudah buruk diperburuk lagi oleh varian baru COVID-19 yaitu varian delta. Varian delta pertama kali terindentifikasi di India. Kemudian menyebar dengan cepat sampai ke negara Inggris. Kasus Delta pertama di Amerika Serikat didiagnosis pada bulan Maret dan sekarang menjadi jenis yang dominan di AS. Varian Delta atau B.1.617.2. merupakan mutasi SARS-CoV-2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut versi virus ini adalah varian "yang tercepat dan terkuat." Gejala yang ditimbulkan oleh varian Delta mirip dengan yang terlihat pada jenis virus corona asli dan varian lainnya, termasuk batuk terus-menerus, sakit kepala, demam, dan sakit tenggorokan. Mengapa varian ini dikatakan berbahaya? Varian Delta memiliki sangat mudah untuk bermutasi dan mutasi nya akan jauh lebih berbahaya.

Didier Houssin selaku Komite Darurat WHO memberikan mengatakan "Kita masih mengejar virus ini dan virus masih mengejar kita." Houssin mengungkapkan bahwa terdapat kemungkinan kuat munculnya dan penyebaran global varian baru yang mungkin lebih berbahaya dan lebih menantang yang susah untuk dikendalikan. "Pandemi menjadi sebuah tantangan secara global dengan negara-negara yang memiliki tuntutan kesehatan, ekonomi dan sosial yang berbeda," Ungkap Houssin. "Penggunaan masker, jarak fisik, kebersihan tangan, dan peningkatan ventilasi ruang dalam ruangan tetap menjadi kunci untuk mengurangi penularan".

Meskipun varian Delta telah menyebar jauh dan luas, masyarakat harus tetap terapkan prosedur kesehatan seperti di awal saat virus COVID-19 muncul seperti memakai masker, menjaga jarak atau social distancing, menjaga kebersihan, dan segera vaksin. Penelitian di Inggris dan Skotlandia menemukan bahwa vaksin Pfizer dan AstraZeneca dinilai cukup efektif terhadap varian delta. Dua dosis vaksin bisa menekan angka tidak dirawat menyentuh 90 persen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun