Mohon tunggu...
Muhammad Ali
Muhammad Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Berdaulat Atas Diri Sendiri

AKU MENULIS, MAKA AKU ADA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Tertinggal? Hegel dan Marx dalam Mencari Jawaban atas Krisis Sosial Global!

3 Februari 2025   09:47 Diperbarui: 3 Februari 2025   10:17 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karl Marx (Sumber: flickr.com)

Prolog

Filsafat selalu berusaha menjelaskan dunia dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Namun, dengan perkembangan zaman dan kompleksitas masalah sosial yang kita hadapi saat ini, banyak yang bertanya: apakah filsafat klasik masih relevan? Di tengah krisis sosial global yang melanda dunia—dari ketidaksetaraan ekonomi hingga perubahan iklim—pemikiran besar dari dua filsuf, Georg Wilhelm Friedrich Hegel dan Karl Marx, menawarkan perspektif yang menarik. Meskipun keduanya memiliki pandangan yang sangat berbeda mengenai bagaimana dunia berfungsi, keduanya tetap memberikan jawaban penting tentang perubahan sosial yang terjadi.

Hegel dikenal dengan filsafatnya yang mengedepankan roh universal dan dialektika ide, di mana sejarah manusia dianggap sebagai perjalanan menuju pemahaman yang lebih tinggi tentang diri dan dunia. Di sisi lain, Marx memberikan perspektif yang lebih materialistik, di mana perubahan sosial ditentukan oleh kondisi material—khususnya ekonomi dan hubungan kelas yang ada dalam masyarakat. Meskipun kedua pemikir ini memandang dunia dengan cara yang sangat berbeda, ide mereka memiliki relevansi yang besar dalam memahami dinamika perubahan sosial yang kita alami saat ini.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi ide-ide utama dari Hegel dan Marx, membandingkan pendekatan mereka terhadap perubahan sosial, dan mengungkap relevansi pemikiran mereka dalam era kapitalisme global dan krisis ketidaksetaraan sosial yang sedang terjadi di seluruh dunia.

Georg Wilhelm Friedrich Hegel (Sumber: picryl.com)
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (Sumber: picryl.com)

Pemikiran Hegel: Roh Universal dan Dialektika Ide

Pemikiran Hegel berpusat pada konsep perubahan dalam ide dan evolusi kesadaran manusia menuju pemahaman yang lebih tinggi tentang dunia. Dalam dunia Hegel, perubahan sosial tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi atau material, melainkan lebih kepada evolusi gagasan dan ide. Namun, untuk memahami bagaimana ide ini berkembang, kita perlu memahami konsep predikat determinasi universal dan bagaimana Hegel melihat hubungan antara "Being" (Ada), "Nothing" (Tidak Ada), dan "Becoming" (Menjadi) dalam dialektikanya.

Predikat Determinasi Universal


Hegel menggunakan istilah "predikat determinasi universal" untuk menggambarkan bagaimana segala sesuatu dalam dunia ini berproses menuju suatu tujuan akhir atau kesadaran mutlak. Dalam pandangannya, determinasi universal ini bukanlah sesuatu yang bersifat pasif atau tetap, melainkan aktif dan dinamis. Determinasi adalah proses di mana sesuatu ditentukan, diubah, atau dibentuk dalam perjalanan waktu, dan ini merupakan bagian dari dialektika yang tak terhindarkan. Hegel meyakini bahwa dunia ini tidak berjalan secara kebetulan, melainkan ada suatu proses pengembangan ide yang lebih besar dan lebih universal yang menggerakkan segala hal.

Dalam konteks ini, determinasi universal merujuk pada gagasan bahwa dunia ini terstruktur menurut prinsip tertentu yang menjamin adanya perubahan, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya sangat terikat pada kondisi sosial dan material tertentu. Ide, atau roh, adalah kekuatan yang menggerakkan perubahan ini, dan melalui kontradiksi-kontradiksi dalam sejarah, dunia akan mencapai pemahaman diri yang lebih tinggi, atau dalam kata lain, menuju kesadaran mutlak. Ini bukan hanya soal ide yang berubah, tetapi juga tentang bagaimana realitas itu dibentuk oleh ide yang berkembang ini.

Konsep Being, Nothing dan Becoming 


Konsep Being (Ada), Nothing (Tidak Ada), dan Becoming (Menjadi) adalah dasar dari dialektika Hegel. Dalam karya-karyanya, Hegel menggambarkan dunia sebagai proses yang terus berkembang, dan ketiga konsep ini menggambarkan pergerakan dari sesuatu yang statis menuju sesuatu yang dinamis.

1. Being (Ada): Ini adalah kondisi awal yang paling dasar—adanya sesuatu. Dalam bentuknya yang paling sederhana, Being adalah sesuatu yang ada tanpa definisi atau karakteristik tertentu. Sebuah objek atau keadaan yang tidak memiliki kualitas spesifik yang membedakannya dari yang lain.

2. Nothing (Tidak Ada): Konsep ini muncul karena Hegel memahami bahwa jika Being hanya ada tanpa perbedaan, maka sebenarnya itu tidak memiliki makna. Nothing adalah keadaan kosong, yang berarti ketiadaan kualitas atau definisi. Namun, Nothing bukanlah keadaan absolut atau statis, melainkan kondisi yang membuka ruang bagi perubahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun