Lalu, bagaimana dengan persoalan-persoalan berikut :
"Jika pikiran kita kerap kali salah, lalu bagaimana kita harus hidup? Apakah adanya pikiran yang ada di kepala kita itu mengidentikkan dengan kesuluruhan diri kita?".
Jika dipahami secara mendalam, tentu saja jawabannya adalah "Bukan".
Jadi, biarkan pikiranmu datang dan pergi. Jangan terlalu percaya dengan pikiran. Kalian dan saya tidaklah sama dengan pikiran yang datang dan pergi di kepala kita. Gunakan pikiran seperlunya saja, namun jangan pandang mentah-mentah pikiran tersebut sebagai kebenaran absolut (mutlak) tentang segalanya.
"Jika pikiran kita acapkali salah, lalu apa yang harus kita percayai dalam hidup kita, terutama untuk mengambil atau membuat suatu keputusan?"
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah sadar, bahwasanya pengetahuan kita terhadap dunia tidak pernah sepenuhnya benar. Dengan kata lain, sesungguhnya kita tahu, tentang apa yang ada di dalam realitas itu sendiri.Â
Ketika kita sudah sepenuhnya dalam keadaan sadar, bahwa kita tidak tahu, maka semuanya akan menjadi jelas. Hal ini bisa disebut sebagai "pikiran tidak tahu", yakni pikiran yang terbuka untuk beragam kemungkinan. Pikiran sejenis ini jauh dari keyakinan akan kebenaran absolut. Ketika kita hidup dengan "pikiran tidak tahu" ini, maka intuisi yang ada dalam diri kita akan terlatih.
Dan ketika intuisi kita terlatih dengan baik, maka kita akan tahu apa yang harus dilakukan dalam berbagai situasi dalam hidup. Kebenaran sejatinya sudah terpampang jelas dihadapan mata kita, tapi pikiran kita lah yang menghalanginya untuk dapat merasakan atau mengalami kebenaran itu.
Jadi, jangan percaya pada pikiranmu.... Du...dudududuÂ