Bicara soal Kota Gresik mungkin tak akan lepas dari produk hasil tambang Indonesia yakni “Semen Gresik ” hehe. Ya, Kota Gresik yang berada di Provinsi Jawa Timur ini merupakan kota yang berdampingan dengan kota-kota besar seperti Surabaya dan Sidoarjo. Tak salah bila banyak orang mengatakan bahwa biaya hidup di Gresik itu cukup mahal layaknya di 2 kota yang berdampingan dengan Gresik yakni, Surabaya dan Sidoarjo. Namun, perlu dipahami pula untuk semua pengeluaran dalam hidup itu tergantung dari banyak hal. Bisa dari jarak rumah ke tempat kerja atau lingkungan sekitar yang banyak menyediakan segala persediaan, mulai dari bahan pangan, pakaian, kosmetik, dan kebutuhan pokok lainnya. Hal ini bisa saja menjadi salah satu faktor penyebab bahwa biaya hidup di Kota Gresik cukup mahal.
Bila diambil dari sudut pandang atau gaya hidup saya, mungkin bisa dibilang “ga boros-boros amat kok”. Ya, jika saya perinci lagi mulai dari ketika saya berangkat hingga pulang ke rumah. Perminggu, saya menghabiskan biaya bahan bakar motor (read; “bensin”) kurang lebih sekitar Rp 100.000,- . Jika di total dalam satu bulan , biaya bensin mencapai Rp 400.000,- . Untuk biaya makan, saya bilang ini “relatif”. Karena makanan di tempat kerja saya , harga yang ditawarkan bervariasi. Mulai dari Rp 10.000,- hingga Rp 20.000,- . Jika saya total dalam satu bulan untuk biaya makan itu akan menghabiskan biaya sekitar Rp 600.000,- . Dan bila ditambahkan dengan biaya yang lainnya, mungkin akan menghabiskan biaya sekitar Rp 800.000,- . Dari sekian rincian pengeluaran, jika saya total semua itu hampir mencapai Rp 2.000.000,-.
Nah, mungkin apa yang saya infokan terkait estimasi biaya hidup di Kota Gresik ini bisa menjadi sebuah referensi bagi orang-orang yang akan mencoba mencari peruntungan untuk bertahan hidup. Saya bisa mengatakan hal seperti ini karena Kota Gresik sendiri merupakan kota yang juga menghasilkan banyak perusahaan sekaligus lapangan pekerjaan. Namun, dilihat dari kondisi adanya pandemi Covid-19 membuat banyak perusahaan di beberapa daerah harus menghentikan banyak pegawainya dengan alasan tidak adanya "income" sehingga mau tidak mau perusahaan harus melakukan hal tersebut.
Well, mari kita berdoa saja agar pandemi ini segera berakhir agar semua orang bisa beraktifitas kembali. See you next time , guys!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H