Siapa yang tidak kenal dengan pelopor puisi Indonesia, yang sudah tidak asing di telinga. Ia adalah Chairil Anwar. Ia dilahirkan di Medan, 26 Juli 1922. Ia merupakan anak tunggal. Ia adalah seorang penyair legendaris yang dikenal juga sebagai "Si Binatang Jalang". Ia dapat dikatakan anak yang dibesarkan dari keluarga yang cukup berantakan. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih SMA, dan ayahnya pun menikah lagi. Ia pun ikut dengan ibunya ke Jakarta setelah selesai SMA.Â
Setelah pindah ke Jakarta, di situlah ia mulai mengenal dunia sastra. Hal yang dapat dikagumi yaitu walaupun ia tidak tamat sekolah, tetapi ia mampu berbahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman. Sifat ia dari kanak-kanak yaitu pantang untuk dikalahkan, baik dalam persaingan maupun keinginan dari hatinya. Semangatnya yang selalu meluap luap, dan tidak pernah diam yang menjadikannya seperti sekarang ini.Â
Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk: "Krawang-Bekasi", yang disadurnya dari sajak "The Young Dead Soldiers", karya Archibald MacLeish (1948). Dia juga menulis sajak "Persetujuan dengan Bung Karno", yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945.
Perjuangannya yang membuktikan keberhasilan hingga masa akhir hidupnya. Walaupun sudah tiada, tetapi karya-karyanya tetap terkesan sebagai pelopor puisi terkenal indonesia. Bahkan hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H