Tapi hanya 2 menit.
Disitulah dia memelukku.Â
Air mata tumpah ruah baik aku maupun dirinya.
Dia yang selalu berusaha kuat akhirnya benar-benar tak mampu membendung air matanya. Dia banyak menyimpan beban hidup yang kini dijalaninya di dalam tahanan.
Yang kutahu dia pasti sangat merindukan putrinya. Itu hal yang paling terberat selain beratnya hidup dibalik jeruji besi.Â
Dia pun tahu aku berusaha baik-baik saja melihat kondisinya padahal hatiku juga hancur melihatnya.
Dalam pelukan kami menangis.
Dari 2 menit itu hanya sedikit kata yang keluar darinya.
Dalam peluk dia berkata:
"Doakan aku terus Teh"
Itulah pelukan dua sahabat yang kini terpisah ruang maupun waktu. Dia yang belum tahu kapan kembali akan menghirup udara segar, semua tergantung mereka yang para punya kewenangan. Yang kuharap semoga hukum itu adil tanpa memihak.Â