Hari lebaran adalah selain hari kemenangan, hari bermaaf-maafan adalah hari dimana kita bisa makan ketupat beserta lauk dan sayuran khas lebaran. Sehari atau dua hari menjelang hari Lebaran, semuanya sibuk mempersiapkan menu lebaran dari mulai rendang, gulai, opor, sambal goreng kentang, bihun atau mie kuning goreng, tumis cabe ataupun buncis.
Karena saya tinggal sendirian, saya memutuskan tidak masak makanan lebaran. Alhamdulillahnya banyak orang baik yang mengirimi saya makanan, dari mulai saudara, ibu kost maupun teman-teman kerja.
Sebagai Orang Sunda, ada satu makanan pasca lebaran yang menjadi ciri khas dan sering dimakan setelah lebaran yaitu makanan yang dicampur dari berbagai macam masakan di kala lebaran. Di Purwakarta dinamakan Bibiye yang sebetulnya berasal dari kata "beye" yang artinya lunak atau lembek. Karena makanan lebaran setelah dicampur dan digoreng berkali-kali jadinya makanan itu lembek.
Nama lain Bibiye di Jawa Barat pun ternyata bermacam-macam. Ada yang menyebut Kakaren, Besengek, Baren atau Bekas Kemaren, Beleketek, Becek dan lain-lain. Dan pastinya Namanya berbeda di lain daerah di Indonesia
Bibiye sendiri biasanya dibuat setelah lebaran. Pada saat lebaran, tidak hanya kita memasak sendiri namun sering kali kita mendapat kiriman makanan dari tetangga yang kemudian setelah lebaran semua makanan itu dicampur bahkan hingga lembek dan kehitam-hitaman.
Filosifi dari makanan Bibiye itu sendiri adalah bahwa daripada kita membuang banyak makanan lebaran yang tidak habis, selagi masih bisa diolah kenapa tidak dicampurkan saja menjadi satu makanan. Istilahnya lainnya agar tidak "mubadzir".
Bibiye paling enak dimakan dengan Tape Uli ataupun Lontong dan dinikmati sebagai menu sarapan pagi.
Selain hanya ada ketika pasca lebaran. Bibiye ternyata di daerah tertentu seperti kota saya sendiri Purwakarta dijual di hari-hari biasa. Namun penjual bebeye di hari biasa sangat jarang ditemui. Salah satu penjual bibiye yang sering saya temui dan saya beli adalah ibu kost-an saya.
Ibu kost-an saya memilih berjualan masakan di sekitar tempatnya tinggal sebagai aktivitas sehari-hari di masa tuanya. Dan yang menjadi ciri khasnya jualannya adalah Bibiye yang beliau jual dua hari sekali. Bahkan selama bulan puasa karena permintaan para pelanggannya, beliau menjual bebeye setiap hari dan selalu habis. Dan pada saat tulisan ini dibuat di pagi hari kedua lebaran, saya sedang menikmati bibiye kiriman dari ibu kost lengkap dengan rendang, lontong dan buah anggur dari beliau.
Selamat lebaran semuanya, mohon maaf lahir batin