Bulan puasa tahun ini tidak hanya menahan sabar dari hawa nafsu maupun menahan sabar dari godaan orang-orang makan ketika beli masakan buat buka di warung nasi. Namun sabar yang utama bagi saya di Ramadan tahun ini adalah sabar untuk tidak mudik lagi untuk kedua kalinya. Sabar untuk menerima kenyataan bahwa dua tahun berturut-turut tidak merayakan lebaran bareng keluarga besar.
Saya adalah satu dari sekian ratus ribu bahkan jutaan masyarakat yang tidak bisa mudik di tahun ini karena adanya larangan untuk tidak mudik demi memutusnya rantai penyebaran virus Corona.
Sebagai anak bungsu yang paling lama tinggal bareng orang tua, ketika orang tua masih hidup saya tidak pernah merasakan moment mudik ke kampung halaman. Biasanya kakak-kakak saya yang tinggal di luar kota lah yang berkunjung untuk berkumpul di rumah pada saat lebaran. Rumah orang tua saya memiliki empat kamar dan hanya dihuni oleh kedua orang tua saya dan saya. Sehingga banyak kamar kosong dan rumah terasa luas. Namun ketika kakak-kakak saya dan keponakan kumpul di hari lebaran, semua kamar terisi penuh bahkan kami sering tidur rame-rame di ruang keluarga. Jumlah keluarga saya kalau kumpul lebih dari 12 orang.
Namun ketika tiga tahun lalu bapak saya dipanggil selama-lamanya menyusul mama yang meninggalkan kami dua tahun sebelum bapak meninggal. Otomatis kehilangan kedua orang tua saya membuat saya tinggal sendirian di kota tempat saya tinggal. Ingin pindah dan kumpul bareng kakak di kota mereka namun tidak bisa karena alasan pekerjaan yang tidak bisa pindah tugas begitu saja.
Dua tahun lalu Bapak meninggalkan saya dan kakak-kakak selamanya tepat beberapa hari sebelum bulan puasa dan pada saat lebaran saya memutuskan untuk berlebaran bareng sahabat saya di Bekasi setelah itu setelah shalat Id saya pergi ke Bogor kota tempat kakak-kakak saya tinggal.
Sayangnya moment mudik  dan kebersamaan lebaran bareng keluarga itu hanya bisa saya rasakan di dua tahun lalu karena setahun lalu dan tahun ini ada larangan untuk mudik demi pencegahan virus Corona. Untuk tahun lalu saya masih bisa menerima keadaan bahwa kita tidak boleh mudik karena saat itu pandemi Virus Corona belum lama terjadi di Indonesia. Untungnya saat itu saya tidak sendirian karena sudah punya seseorang yang mau menemani saya agar saya tidak kesepian selama lebaran.
Namun tahun ini akhirnya saya benar-benar merasakan lebaran sendirian.
Rencana berlebaran bareng keluarga pupus sudah karena larangan mudik bagi masyarakat. Apalagi khusus ASN jika melakukan mudik akan terkena sanksi di pekerjaan.
Sedih pasti karena ini pertama kalinya saya berlebaran sendirian. Ada rasa kecewa juga terhadap aturan ini apalagi jika melihat  hanya moment mudik yang dilarang sementara berkerumun di tempat perbelanjaan dan tempat wisata tidak ada larangan. Bahkan pekerja asing bisa datang ke negara kita tanpa ada larangan meskipun itu sebatas urusan pekerjaan.
Saya sendiri selama ini termasuk yang manut untuk tidak berpergian ke luar kota selama pandemi kecuali dalam keadaaan yang mendesak. Dari awal pandemi sampai lebaran tahun ini baru tiga kali saya berpergian ke luar kota. Kalaupun akhirnya saya bisa ke luar kota kembali itu setelah saya melewati masa vaksin ke-2 yang harus nunggu 28 hari untuk melihat reaksi dari vaksin kedua tersebut.