Awal tahun 2017 Saya pertama kali mendengar tentang Hidden Valley Hills tempat wisata baru di Purwakarta dari teman saya yang memang gampang sekali mendapat informasi tempat wisata baru di Purwakarta. Kemudian tanggal 23 Juni 2017 atau sehari sebelum lebaran, saya berkunjung ke sana bersama dua orang teman backpacker saya dari Jakarta sepulang dari Taman Batu Cijanun dan bisa dibilang rencana ke Hidden Valley Hills adalah rencana dadakan.
Pada saat saya dan teman-teman saya ke Hidden Valley, gerbangnya masih di tutup tapi kami (karena nekad dan penasaran) akhirnya menemukan jalan pintas di pinggir Hidden Valley (untuk yang ini jangan ditiru ya) dan begitu berada di Hidden Valley sangat takjub dengan lokasinya. Meski saat itu belum selesai pembangunannya bahkan penginapan dan kolam renangnya baru tahap awal pembangunan  tapi sudah terlihat kemegahan dan ada keyakinan yang saya lihat bahwa ini akan menjadi salah satu wisata terbaik di kota Purwakarta.
Hidden Valley Hills berada di Desa Cibodas Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Lokasinya sekitar +- 15 Km dari kota Purwakarta. Lokasinya berada di ketinggian +- 362 mdpl. Dari jalan raya Sukatani sudah bisa terlihat dari jauh 7 pilar yang menjadi ikon Hidden Valley Hills. Meskipun untuk menuju ke lokasi dari jalan raya lalu harus melalui jalan yang hanya cukup satu mobil namun tidak mengurangi antusias para wisatawan untuk berkunjung ke Hidden Valley Hills.
Menurut David Chandrawinata yang merupakan pemilik dan pengelola Hidden Valley Hills, awalnya ini adalah tanah yang dibeli oleh ayahnya Hendry Chandrawinata yang rencana awalnya akan dibangun sebagai tempat peristirahatan keluarga. Namun ternyata lokasi tersebut memiliki nilai historis yang tinggi yang harus tetap di pertahankan bahkan harus diketahui oleh masyarakat banyak, seperti yang dikutip dari tulisan kawan saya Ahmad Said Widodo bahwa disitulah pertama kali diketemukan tugu peninggalan penjajahan Kolonial Hindia Belkita dengan tarikh Anno 1898. Tugu itu kemudian direnovasi ulang dan kini berdiri kokoh di tengah-tengah area Hidden Valley Hills.
Tanggal 19 Juli 2019, seusai peliputan kedatangan Gubernur Jawa Barat ke Jatiluhur, saya kebetulan saat itu menemani Tim Dinas Pariwisata Jawa Barat. Setelah kunjungan ke Sentra Keramik Plered, saya pun mengajak rombongan ke Hidden Valley Hills dan disambut dengan baik serta ramah oleh Pak David beserta stafnya. Oleh Pak David, kami pun diberi kesempatan untuk melihat-lihat lokasi Hidden Valley Hills termasuk kamar hotelnya. Di Hidden Valley Hills tersedia 7 tipe kamar dari mulai tipe standard hingga tipe termahal yaitu tipe suite  dan kini setiap weekend selalu full booking (saran dari saya sebaiknya kalau mau menginap disini, maksimal dua minggu sebelum menginap sudah harus booking).
Proses pembangunan Hidden Valley begitu pesat sekali. Meski tahun 2018 pernah ditutup sesaat oleh masyarakat sekitar yang menurut salah seorang warga yang saya tanya karena takut akan menimbulkan kegiatan negatif (dengan hadirnya hotel dan restoran) namun atas peran Management yang dipimpin oleh David Chandarawinata akhirnya masyarakat setempat mulai menerima keberadaan Hidden Valley Hills. Bahkan masyarakat sekitar dilibatkan baik itu dalam pengelolaan maupun dalam proses pembangunannya. Kini prosesnya tinggal pembangunan untuk kegiatan outdoor
Pengunjung bisa datang ke Hidden Valley Hills yang buka setiap harinya dari jam 08.00 WIB sampai dengan 19.00 WIB. Harga tiket masuk Hidden Valley Hills adalah Rp. 35.000,- . Dengan harga itu kita bisa melihat indahnya pemandangan dan juga belajar sejarah Purwakarta. Â Sedangkan jika termasuk berenang Rp. 60.000,- (untuk dewasa) dan Rp. 40.000,- (untuk anak-anak). Sangat murah, karena sambil berenang kita juga akan melihat indahnya pemandangan.
Hidden Valley Hills kini menjadi tempat favorit saya pribadi selain Badega Gunung Parang. Hampir sebulan sekali saya berkunjung kesana entah itu membawa tamu ataupun dengan keluarga. Di Hidden Valley Hills saya mendapatkan cantiknya sunset dari atas ketinggian kota Purwakarta. Di Hidden Valley saya bisa melihat dua sisi lain yaitu terjaganya alam dengan hutan, sawah yang masih hijau dan rusaknya alam akibat ulah para penambang yang menghancurkan bukit. Selain itu kebersihan di lokasi ini terjaga sekali walaupun masih sering saya menemukan pengunjung yang "nakal" dengan membuang sampah sembarangan di area tesebut (padahal banyak disediakan tempat sampah di lokasi).