Review Jurnal Komunikasi Kesehatan
(Menggunakan Pendekatan Health Belief Model)
Mira Fitdyati
Review Jurnal
Jurnal yang ditulis oleh dosen Ilmu Komunikasi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan judul “Health Communication Issues of the People in Street Situation during Pandemic Covid-19” ini bertujuan untuk mengkaji masalah komunikasi kesehatan yang dihadapi masyarakat di jalanan selama pandemi Covid-19. Dalam hal ini, penulis menjelaskan bahwa masyarakat di jalanan menghadapai tantangan yang lebih besar selama pandemi, seperti ancaman tunawisma, kemiskinan, dan akses layanan kesehatan yang tidak memadai. Yogyakarta, seperti kota-kota lainnya juga menghadapai masalah yang sama. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis merupakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Topik yang diteliti merupakan populasi orang-orang jalanan yang didampingi oleh Paguyupan Harapan Fian, organisasi yang bergerak dalam bidang pemajuan hak asasi manusia di jalanan.
Salah satu masalah yang diangkat oleh penulis dalam hal ini yaitu mengenai anak jalanan. Salah satu aspek tersulit dalam upaya pemenuhan hak-hak anak, khususnya dijalanan yaitu mayoritas dari mereka masih belum memiliki identitas yang jelas. Kemudian, banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terlibat dalam situasi jalanan, termasuk kondisi rumah yang tidak mendukung, kemiskinan, kebebasan, dan pengawasan yang kurang dari orang dewasa. Hal ini pula yang menyebabkan sebagian anak-anak Yogyakarta memilih jalanan sebagai ruang hidup alternatif mereka. Penulis juga menjelaskan bahwa permasalahan anak-anak di jalanan tetap sama, yaitu pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
Adapun hasil dan pembahasan pada jurnal ini menjelaskan bahwa selama pandemi Covid-19, masyarakat di jalanan termasuk kelompok yang paling rentan dan berisiko. Perempuan dan anak-anak merupakan segmen masyarakat di jalanan yang paling rentan selama pandemi. Penelitian ini menemukan dua remaja putri yanga mengalami Kehamilan Tidak Direncanakan (KTD) dan kelahiran bayi dari tiga perempuan yang mengalami KTD. Hal ini yang kemudian mengakibatkan angka KTD masyarakat yang tinggal di jalanan mengalami peningkatan selama pandemi. Selain itu, terdapat pula dua kasus bayi kurang gizi dan sepuluh bayi yang rentan terserang penyakit karena belum mendapatkan imunisasi. Kemudian, karena keterbatasan akses layanan kesehatan seperti Puskesmas selama pandemi, perempuan di jalanan juga kesulitan mengakses layanan kontrasepsi. Studi juga menemukan bahwa tidak ada cukup pusat dan fasilitas kesehatan untuk menawarkan perawatan kesehatan kepada orang-orang yang hidup di jalanan. Hal ini disebabkan karena masih sedikitnya unit kesehatan yang mampu meningkatkan dan menyediakan pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat kurang mampu, seperti masyarakat di jalanan.
Komunikasi kesehatan terhadap masyarakat di jalanan saat pandemi Covid-19 membutuhkan model kepercayaan kesehatan untuk mengoptimalkan kesadaran masyarakat di jalanan mengenai pentingnya kesehatan itu sendiri. Helath Belief Model (HBM) merupakan model teori kepercayaan yang menjelaskan perubahan perilaku berkaitan dengan kesehatan. Yang dimana perilaku seseorang ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa memerdulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan pandangan orang lain. Kesadaran masyarakat di jalanan mengenai pentingnya kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah dan jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia disekitarnya. Sementara, selama pandemi Covid-19 perempuan dan anak-anak di jalanan sulit mendapatkan layanan kesehatan yang layak dan menyeluruh. Padahal selama pandemi, perempuan dan anak-anak merupakan segmen masyarakat yang paling rentan. Banyak layanan kesehatan reproduksi yang tidak berjalan karena layanan kesehatan difokuskan pada penanganan pandemi. Oleh sebab itu, pandemi Covid-19 mengakibatkan beberapa masalah kesehatan reproduksi seperti, infeksi menular seksual (IMS) pada kehamilan yang tidak direncanakan (KTD).
Berkaitan dengan Helath Belief Model, menurut Rosenstock Strecher, dan Becker (Dalam Family Health International 2004 dalam (Nofitasari, Said and Model, 2021)), Helath Belief Model merupakan teori perubahan perilaku kesehatan dan model psikologis yang digunakan untuk memrediksi perilaku kesehatan dengan berfokus pada persepsi dan kepercayaan seseorang terhadap suatu penyakit. Berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan pengukuran pada subjek penelitian empat aspek persepsi, yaitu Persepsi mengenai keseriusan dalam menangani kehamilan yang tidak direncanakan, kesehatan ibu dan anak, serta kesehatan reproduksi (Perceived Susceptibility), Persepsi mengenai kerentanan atau ancaman dari kehamilan yang tidak direncanakan, kesehatan ibu dan anak, serta kesehatan reproduksi (Perceived Severity), Persepsi mengenai manfaat memeriksakan kandungan pada ibu hamil, kesehatan ibu dan anak, serta kesehatan reproduksi (Perceived Benefits), Persepsi mengenai hambatan dalam mengambil tindakan untuk mengatasi kehamilan yang tidak direncanakan, kesehatan ibu dan anak, serta kesehatan reproduksi (Perceived Barriers). Sehingga dengan teori ini dapat mengetahui bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang berkaitan dengan kesehatan, termasuk bagaimana kesadaran masyarakat di jalanan mengenai pentingnya kesehatan itu sendiri. Oleh sebab itu, Helath Belief Model dapat digunakan pemerintah dalam menangani masalah komunikasi kesehatan masyarakat di jalanan selama pandemi Covid-19.
Pada akhirnya, pandemi Covid-19 telah memperburuk kondisi masyarakat di jalanan karena sulitnya mengakses fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat di jalanan mengalami kesulitan mengakses fasilitas kesehatan gratis karena kurangnya identitas. Kurangnya pemeriksaan kesehatan secara rutin menyebabkan munculnya berbagai macam masalah kesehatan. Aspek kesehatan masyarakat di jalanan perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Masyarakat yang tinggal di jalanan, sebagai masyarakat yang kurang mampu, membutuhkan bantuan untuk memperoleh layanan kesehatan yang tepat. Oleh sebab itu, dibutuhkan tenaga kesehatan yang mampu memberikan layanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat di jalanan, terutama selama pandemi Covid-19.