Mohon tunggu...
Miraa Sartikaa
Miraa Sartikaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahsiswa

Mahsiswa unikama

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Keluarga yang Merasa Kehilangan, dan Sekelompok Orang yang Gemar Menyiksa (Laut Bercerita) Leila S. Chudori

27 Juni 2024   14:08 Diperbarui: 30 Juni 2024   15:01 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Laut Bercerita" merupakan sebuah novel karya penulis di  Indonesia yang berbakat yaitu Leila Shaliha Chudori. Dengan gaya penceritaan yang begitu  mendalam bahwa novel ini dapat membuat para pembacanya menjadi penasaran. Di dalam novel ini  juga, mempersembahkan kisah yang  begitu mengharukan serta memukau tentang lika-liku dalam kehidupan, di tengah samudra luas. Novel ini berisi 379 halaman. Novel ini mengajak pembaca untuk merasakan atmosfer kelam, dan kejamnya di Era Reformasi  di mana para pembela rakyat menghadapi tantangan yang besar. 

Novel, " Laut Bercerita" Karya Laila, S. Chudori adalah sebuah novel yang mengangkat tema persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dan rasa kehilangan. Novel ini berlatarkan waktu di tahun 90-an dan 2000, dan mengisahkan tentang keluarga yang kehilangan anggota mereka serta sekelompok orang yang disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi.


Novel ini berisikan kisah yang begitu kejam dan berisikan kisah kejahatan yang pernah dirasakan oleh para aktivis mahasiswa pada masa Orde Baru. Di dalam novel yang berjudul Laut Bercerita, karya Leila S.Cudori ini bahwa Ia mengajak  maupun membawa  para pembacanya untuk ikut dan  turut merasakan era reformasi di tahun 1998,  yang begitu penuh dengan kepahitan dan kekejaman bagi para  aktivis mahasiswa. Novel ini tidak hanya membuat para pembacanya  emosi, tetapi novel ini juga berisikan banyak pengetahuan tentang keadaan sosial, prinsip demokrasi, maupun sejarah pergerakan dalam mendukung  Orde Baru. Bahwasanya Novel ini sudah memberikan sebuah pengetahuan tentang sejarah kelam yang pernah dilewati bangsa ini.


 Di dalam novel ini terdapat dua sudut pandang dalam kisah Laut Bercerita di bagian pertama dalam sudut pandang laut. Ini menceritakan tentang sesorang mahasiswa semester tiga fakultas, sastra inggris. Dia suka membaca buku Pramoedya. Bukan hanya karena estetika sastra saja, akan  tetapi karena Laut  ingin belajar  menulis seperti pada penulis  lainnya yang begitu sangat fasih dalam berekspresi. Di dalam sisi biografinya bahwa  novel tentang "Laut Bercerita" ini  sudah  memperlihatkan bagaimana  para tokoh utama  yaitu Biru Laut, dan Asmara Jati yang dimana  mereka menghadapi perjuangan dan kehilangan mereka di  masa-masa sulit yang dihadapi.  Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan, dan  nyata.


Novel  ini juga memperlihatkan bagaimana para korban tahanan politik PKI, dan keluarga mereka yang  menghadapi kekejaman dan juga kehilangan. Terlebih lagi di mana Laut  beserta teman-temanya di siksa dan di perlakukan  tidak manusiawi oleh sekelompok orang. Di dalamanya mereka ada sekitar  tujuh orang. Satu persatu ditempeleng, disiram air, bahkan sampai ditelanjangi. Tetapi Laut dan Mira digarap oleh aparat perempuan. Namun mereka berdua tidak sampai ditelanjangi, tetapi mereka berteriak-teriak tepat  di telinga kami, siapa yang menghasut penduduk untuk melawan, Demikian bahasa aparat. "Kata kinan.


Di bagian kedua dari sudut pandang "Laut Bercerita".  Ini mengisahkan tentang keluarga yang kehilangan. Di cerita ini bahwa Asmara Jati beserta lbu dan Ayahnya  sedang menanti  kedatangan Biru Laut. Biru  Laut yang merupakan kakak sulung dari Asmara Jati. Mereka masih termakan oleh kesedihan setelah Biru Laut menghilang,  mereka begitu  menanti -nanti kepulangan Biru Laut beserta teman-temanya  yang tak kunjung muncul  sejak tahun kedua.  Dan pada saat itu pun, Asmara Jati  menyempatkan dirinya untuk membaca buku  yang diterbitkan bersama  kakak sulungnya tersebut, untuk tetap merasakan adanya kehadirian  Biru Laut. Dia membaca ulang The Ramayana of Valmaiki  yang dikreasi ulang oleh P.Lal,  di setiap kali Asmara Jati  memasuki adegan  penculikan sita, selalu saja dia teringat akan cerita  kakak sulunya tentang  moral Anjani yang menjugkirbalikan cerita itu.


Pada saat setelah itu pun muncul lah Anjani  yang juga termakan oleh kesediahan yang membuat dia trauma dan takut bahkan penasaran, akan keberadan Sunu dan Laut  beserta ke tiga belas temanya. Dan sekarang Anjani sudah meyakini Asmara Jati, bahwa  Sunu dan Laut  beserta  teman-temanya masih hidup. Firasat Asmara Jati bahwa Laut dan  temanya itu sedang bersembunyi. Karena adanya  bukti yang di perlihatkan  Anjani kepada Asmara Jati  untuk memperlihatkan adanya kain mori yang di batik setengah jadi, dan ada beberapa  canting yang berserakan  di sekeliling wajan kecil dan Anglo. Pada saat itu pun, komisi orang hilang mendata nama - nama yang hilang yang belum kembali  yaitu Biru laut, Gala Pranaya, Kasih Kinanti, Sunu Dyantoto,Jukius Sasongko, Narendra Jaya, Dana Suwarsa, Widi Yulianto, dan ada lima orang lainnya.


Dalam sisi sosialnya bahwa,  novel ini sudah memperlihatkan bagaimana masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru menghadapi kekejaman dan kehilangan. Novel ini juga sangat memperlihatkan bagaimana para aktivis dan mahasiswa yang begitu  berjuang dalam melawan kekejaman dan kehilangan tersebut. Novel ini berisi nilai-nilai sosial seperti kejujuran, kekeluargaan, tolong menolong, kerja sama, serta  kepedulian. Novel ini juga berisi tema tentang kemanusiaan pada era Masa Orde Baru.  Novel ini berisi cerita yang sangat menginspirasi, menyentuh perasaan, dan memberikan nilai- nilai sosial.


Di  sisi fisikologinya novel ini telah  memperlihatkan bagaimana para tokoh utama menghadapi perjuangan dan kehilangan dalam masa-masa sulit mereka. Dalam novel ini juga, karakter-karakter utama mereka  mengalami berbagai tantangan fisik dan emosional. Mereka mungkin mengalami stres, kecemasan, atau trauma yang berat akibat peristiwa-peristiwa yang mereka alami pada saat itu.  Seperti halnya  tekanan dari pemerintahan otoriter, kehilangan orang yang dicintai, dan konflik internal dalam diri mereka. Fisikologi mereka pun dapat tercermin di  dalam tindakan dan reaksi mereka terhadap situasi  yang mereka hadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun