Mohon tunggu...
Miraa Sartikaa
Miraa Sartikaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahsiswa

Mahsiswa unikama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Ambya'an dan Beberapa Mitos di Desa Jambuwer

28 April 2024   00:37 Diperbarui: 14 Mei 2024   08:01 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jambuwer adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Pada awalnya, wilayah Jambuwer merupakan sebuah hutan belantara yang di diami oleh sekelompok orang. Kemudian, pada tahun 1857 beberapa orang mendatangi daerah tersebut. 

Berdasarkan cerita dari Bapak Mujiono selaku kepala desa setempat, bahwa awal mulanya di sebut desa Jambuwer itu karena banyak jambu air, yang tidak pernah habis sampai sekarang ini. Desa jambuwer juga dikenal dengan kopi nya yang khas, yaitu kopi merah. Kenapa dibilang kopi merah? Ya karena yang dipilih itu yang merah-merah.

Wisata edukasi Jamboran Selain Ambya'an, ada juga sumber air lainnya dan 3 sumber air nya yang pertama itu sumber Ambya'an, Mangelang, dan bojol pitu. Sumber air yang biasa ada di sawah Jambuwer itu adalah dari aliran Ambya'an, tetapi kalo untuk minum biasa memakai sumber air bojol pitu, dan yang sering memakainya itu adalah dari RT. 06. Pantangan dari desa Jambuwer untuk tamu yang berkunjung itu harus sopan, sama sesepuh di desa Jambuwer tersebut. Ritual untuk ke sana itu biasanya satu suroh, nah pada tanggal 4 juni, itu ritualnya biasa, masyarakat setempat disini juga pada ke tempat tersebut untuk pergi ritual di sana. Satu suroh itu biasanya dibuat pada 1 tahun sekali, dan disana warga membawa sesajen ayam dan nasi dari warga setempat. Di Jambuwer juga warga mengambil air disana hanya boleh satu tahun sekali, jika satu suroh itu dilaksanakan biasa warga membawa banyak makanan, dan makan-makan di ditempat tersebut.

Ambya'an adalah salah satu wisata di Jambuwer, jadi disana sumbernya diambil untuk belajar dan gerakan, nah disitu orang memakai Punden. Punden itu adalah tempat yang disakralkan masyarakat Dusun Klajen, dan Koranggaru. dan dimana ada punden disitu yang dikenal dengan orang jawa. Tetapi dulu saat covid wisata Ambya'an di tutup karena kurangnya pengunjung, dan kurangnya pemasukan. Dan juga selain itu ada pengunjung yang tenggelam di wisata tersebut makanya wisata itu ditutup sampe sekarang, tetapi untuk saat ini tidak bisa digunakan oleh wisatawan karena itu udah di bikin ritual oleh penduduk desa Jambuwer

Ada sesepuh atau danyang yang membaur desa. Dan dengan sejarah keagamaan itu ada juga, termasuk dari nenek moyang dan cikalbakal desa, makanya Ambya'an itu sampai sekarang masih disakralkan oleh warga, terutama pada desa Jambuwer, dan disana di angkat punden-pundenya kerajaan sama karun sampai saat ini . Masing-masing dusun memiliki punden tersebut. Jadi yang diangkat oleh warga disitu adalah kakijen. sampai sekarang belum ditemukan makam nya dimana, dengan berjalannya waktu masih belum ditemukan makam nya jadinya di pusarkan disana. 

Dahulu orang mencari air di desa jambu, Jambuwer itu pertama di sumber bujur pitu dan sampai saat ini tetap disakralkan. Makanya punden saat ini masih ada. Dulu beranggapan disana akan dikembangkan wisata alam ternyata dengan berjalanya waktu kita harus mengikuti perkembangan zaman, dan harus siap mengikuti perkembanganya . dulu desa Jambuwer ini mengelola 3 wisata sekaligus yang sama-sama merintis maka itu harus berbagi bagi, tetapi susah untuk mengikuti perkembanganya .

Dulu di Ambya'an ada sedikit wisata di kololabung muda dan warga disana mulai melihat akhirnya bisa di cover. Warga di desa Jambuwer ini masih tetap fokus sama Jombuaran dulu. Asal usul terbentuknya desa Jambuwer itu adalah awalnya dulu perkampungan yang ikut gimbengan. Dan pada Akhirnya berapa waktu Jambuwer ini besar menjadi desa.

Di desa Jambuwer  jambu air merah putih itu sangat banyak sampai dengan detik ini. Namun Jambuwer ini diambil dari banyaknya jambu air di sini. Jadi ada ciri khas nya sendiri dari desa Jambuwer. Sebenarnya desa ini disebut jambu air, akan tetapi berhubunganya disini orang jawa, jadi di sebut Jambuwer. Sebenarnya asal usulnya banyak pohon-pohon jambu air, dan sampai sekarang warga Jambuwer tetap menanam jambu tersebut agar jambu air tetap ada, dan tidak punah. Di musim kemarau biasanya jambu di desa Jambuwer ini berlimpah. Selain ada Ambya'an dan Jaworan disini juga ada buntaraan diujung sana, makanya wisata kemarin itu ada tiga bersamaan yaitu wisata Wj, Ambya'an dan Buntaran . 

Di Jambuwer ini juga ada wayangan, wayangan di Jambuwer bisa tampil di 7 hari 7 malam. Selain kopi, jambu, dan topeng di desa Jambuwer ini ternyata ada kesenian budaya ada pencak silat, tradisional. Kata bapak Mujino selaku kepala desa Jambuwer ini mengatakan; bahwa masjid dekat timur itu ada kanjengmas yang sekabupaten disini ada dua Majenputih dan kanjenmas. Disini juga ada kuda lumpingnya dan pasuman lumping, itu termasuk budaya di desa Jambuwer tersebut. Dan yang lebih dikenal di sini itu adalah Kanjengmas.

Di desa Jambuwer ini ada Mojopat seni yang kepercayaanya itu perkumpulanya sebelah barat, di bagian masjid. Bapak Mujiono kepala desa di Jambuwer ini menjelaskan bahwa mojopat berjalan dalam 2 minggu sekali. Kesenian di Jambuwer ini masih sangat terjaga, dan yang paling lama disini adalah pencat silat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun