Mohon tunggu...
Mira Anggraeni
Mira Anggraeni Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Saya mira yuliyanti anggraeni memiliki hobi menulis untuk mengisi waktu luang saya, saya adalah mahasiswa universitas negeri jakarta

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Menurunnya Kasus Pembunuhan 1 Tahun Terakhir : Mendukung SDGs16

20 Desember 2024   15:16 Diperbarui: 20 Desember 2024   15:16 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumlah Kasus Pembunuhan Satu Tahun Terakhir (Sumber : bps.go.id)

Kasus pembunuhan merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat keamanan dan stabilitas suatu masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah kasus pembunuhan di Indonesia dalam tiga tahun terakhir menunjukkan fluktuasi yang mencerminkan tantangan sekaligus peluang dalam menciptakan masyarakat yang lebih aman dan damai. Pada tahun 2020, tercatat sebanyak 898 kasus pembunuhan terjadi. Angka ini kemudian meningkat pada tahun 2021 menjadi 927 kasus, sebelum akhirnya turun signifikan pada tahun 2022 dengan jumlah 832 kasus. Penurunan ini menjadi pertanda positif adanya perbaikan dalam upaya pencegahan kejahatan, meskipun masih diperlukan langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan tren tersebut.Fluktuasi jumlah kasus pembunuhan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi sosial, ekonomi, dan efektivitas penegakan hukum. Pada tahun 2021, peningkatan kasus pembunuhan sebesar 3,2% dibandingkan tahun sebelumnya dapat dikaitkan dengan tekanan ekonomi dan sosial akibat pandemi COVID-19. Pandemi tidak hanya memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat tetapi juga menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, yang berpotensi memicu konflik sosial dan tindak kriminal. Namun, penurunan kasus pada tahun 2022 sebesar 10,2% menunjukkan adanya upaya yang lebih efektif dalam mengelola dampak tersebut, termasuk melalui peningkatan pengawasan dan penegakan hukum.

Kemiskinan dan ketimpangan sosial menjadi salah satu akar masalah yang sering dikaitkan dengan tindak kejahatan berat seperti pembunuhan. Wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi cenderung mencatat angka kejahatan yang lebih tinggi, karena tekanan ekonomi dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan yang melanggar hukum. Selain itu, penyalahgunaan narkoba dan alkohol sering kali menjadi faktor pemicu dalam banyak kasus pembunuhan, di mana pelaku kehilangan kendali atas tindakan mereka akibat pengaruh zat-zat tersebut. Oleh karena itu, penanganan masalah ekonomi dan penyalahgunaan narkoba menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan.

Konflik pribadi dan sosial juga berkontribusi besar terhadap angka pembunuhan. Perselisihan dalam keluarga, lingkungan kerja, atau komunitas sering kali memuncak menjadi tindakan kriminal ketika tidak diselesaikan dengan baik. Selain itu, lemahnya sistem penegakan hukum di beberapa wilayah memberikan ruang bagi pelaku kejahatan untuk bertindak tanpa rasa takut akan konsekuensi hukum. Oleh karena itu, penguatan kapasitas lembaga penegak hukum dan penerapan sanksi yang tegas menjadi langkah penting untuk mengurangi angka kejahatan.

Dalam konteks mendukung pencapaian SDGs 16, berbagai langkah strategis diperlukan untuk menciptakan perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh. Peningkatan kapasitas penegak hukum dan reformasi di sektor hukum harus terus dilakukan untuk memastikan keadilan bagi korban dan masyarakat. Selain itu, program pemberdayaan ekonomi masyarakat seperti pelatihan keterampilan, pemberian akses modal usaha, dan peningkatan lapangan kerja dapat membantu mengurangi tekanan ekonomi yang memicu tindak kriminal. Edukasi masyarakat juga perlu ditingkatkan, terutama dalam hal penyelesaian konflik secara damai dan bahaya penyalahgunaan narkoba.

Upaya untuk menurunkan angka kasus pembunuhan tidak dapat dilakukan secara terpisah. Diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi swadaya masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perdamaian dan keamanan. Kampanye kesadaran publik tentang pentingnya toleransi, kerukunan, dan penyelesaian konflik secara damai harus terus digalakkan. Selain itu, pemanfaatan teknologi untuk mendukung pengawasan dan pencegahan kejahatan juga menjadi langkah yang tidak kalah penting dalam era digital saat ini.

Penurunan jumlah kasus pembunuhan pada tahun 2022 memberikan harapan bahwa upaya pencegahan yang dilakukan mulai menunjukkan hasil. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam mengatasi akar masalah seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, dan penyalahgunaan narkoba. Dengan komitmen yang kuat untuk mendukung SDGs 16, diharapkan angka kejahatan pembunuhan dapat terus ditekan, sehingga tercipta masyarakat yang lebih aman, adil, dan damai. Sinergi semua pihak menjadi kunci utama dalam mewujudkan tujuan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun