Mohon tunggu...
M IqbalSetiawan
M IqbalSetiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan

SD N 11 Simeulue Timur, SMP N 2 Simeulue Timur, MAS Babun Najah Ulee kareng, Universitas Syiah Kuala

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Epistemologi Pemimpin dan Kepimpinan dalam Pemerintahan

7 Mei 2021   09:00 Diperbarui: 7 Mei 2021   09:04 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepemimpinan (leadership) berasal dari memimpin (lead). Maksudnya adalah, pemimpin ibarat nakhoda kapal yang harus mampu mengarahkan kapal sebagai organisasi dan awak kapal sebagai pengikut (bawahan) untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Jadi, pemimpin organisasi Pemerintahan  tidak ada tanpa masyarakatnya. Pemimpin dan pengikut harus memahami posisinya masing-masing. Sebagai pemimpin, ia harus memperhatikan pengikutnya yaitu masyarakat dengan cara menjadi pemimpin yang pandai menyejahterakan masyarakatnya, bukan menyengsarakan masyarakatnya. Jadilah pemimpin yang melindungi, bukan menzalimi masyarakatnya. Kita sebagai masyarakat, wajib setia dan patuh selama pemimpinnya taat pada peraturan yang berlaku.

Kata leader pertama kali digunakan Cowley pada tahun 1920 dan Curtis  pada tahun 2003, bahwa pemimpin adalah orang yang berhasil mengumpulkan orang lain untuk mengikutinya. Tugas yang utama dari pemimpin pemerintahan ialah  menginspirasi masyarakatnya supaya patuh dan setia kepada dirinya sebagai pemimpin pemerintahan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik kepemimpinan atau cara memimpin epistemologi ialah, memfokuskan diri pada visi, misi, tujuan, sasaran dan VMTS  organisasi dalam pemerintahan, membantu masyarakat dalam memahami cara mencapai VMTS melalui kerja sama pemerintahan dan masyarakat melalalui  penjelasanan dalam sosialisasi, rapat, dan berbagai kesempatan kegiatan lainya

Seseorang pemimpin pemerintahan dipilih oleh masyarakat dikarenakank ia memiliki kelebihan tertentu di kelompoknya (Partai Politik), antara lain lebih dapat dipercaya yaitu jujur, lebih pandai bergaul, lebih amanah, lebih percaya diri, lebih berwibawa, lebih cerdas, lebih stabil emosinya, lebih kaya, lebih sehat, dan  lebih kuat dalam kepimpinan pemerintahanya. Seseorang pemimpin masyarakat dalam pemerintahan diangkat sebagai pemimpin oleh masyarakat dikarenakan, menurut pendekatan traits karena memiliki sifat yang mendukung kepemimpinannya, misalnya sifat jujur, mengajak kebaikan, amanah, dan cerdas, dalam kepimpinannya

Kejuuran adalah ranking no satu, karena dapat menghasilkan kepercayaan masyarakat untuk dapat menjadi pemimpin dalam pemerintahan. Oleh karena itu pemimpin dipercaya karena kejujurannya. Sebagai masyarakat sulit untuk mempercayai kata atau janji dari pemimpin yang tidak dapat dipercaya karena sekali saja orang tidak percaya, seumur hidup tidak akan percaya. Dan adapun cara membangun kepercayaan masyarakat untuk kita menjadi pemimpin dalam memimpin pemerintahan ialah dengan cara kita bersifat jujur, terbuka, setia, konsisten, kompeten, integritas, empati, simpati, tanggung jawab, menjadi pendengar yang baik, kepada masyarakat.

Pemimpin bersifat formal dan nonformal. Dalam pemimpin formal adalah pemimpin yang diangkat dengan surat keputusan yaitu SK, mendapat gaji dan fasilitas, memiliki kekuasaan, kewajiban, kewewenangan, tugas, dan tanggung jawab. Sebaliknya, pemimpin tanpa SK disebut pemimpin nonformal. Kepemimpin formal disebut juga assigned leadership. Sebaliknya, kepemimpinan nonformal disebut emergent leadership.

Dalam pemimpin nonformal adanya mengatasi keadaan darurat, contohnya, seperti terjadi kebakaran, tiba-tiba muncul seorang pemimpin yang memberi komando dan mengatur orang lain untuk memadamkan api. Ada baiknya, pemimpin nonformal lebih berkuasa dan menjadi "dalang" pemimpin formal sehingga semua keputusan strategis dan sangat penting, pemimpin formal harus meminta restu terlebih dahulu kepada pemimpin nonformal. Pemimpin formal yang keputusannya ditentukan oleh pemimpin nonformalnya disebut juga sebagai pemimpin simbolik atau pemimpin (boneka).

Didalam kepimpinan terdapat tiga paham pemimpin, ialah nativisme, empirisme, dan konvergensi. Dalam penganut nativisme yakin bahwa seseorang dipilih sebagai pemimpin karena memiliki sifat sebagai pemimpin sejak lahir. Penganut paham ini menolak adanya pembelajaran dan sekolah kepemimpinan karena belajar atau menyekolahkan seseorang untuk menjadi pemimpin adalah perbuatan yang sia-sia dan pemborosan waktu, tenaga, dan biaya saja dalam paham nativisme. Paham ini biasanya dianut pada masa-masa kerajaan zaman dulu yang belum berkembang dalam pendidikan.

Dalam penganut emprisme yakin bahwa seseorang  yang menjadi pemimpin dikarenkan ia  dilatih atau dididik. Dalam penganut paham  ini yakin bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dan dipraktekkan. Seseorang diberi pengalaman berlatih sebagai pemimpin atau diberi pengalaman memimpin, kelak dia akan menjadi pemimpin yang efektif. Dalam penganut paham ini yakin bahwa pengalaman adalah berasal dari guru yang baik. Dalam penganut konvergensi yakin bahwa pemimpin dilahirkan dan dilatih. Dalam pengikut paham ini menghasilkan teori kontingensi dalam belajar kepemimpinan.

Jadi dari kesimpulannya ialah, orang yang terdapat dalam pemerintahan dapat menjadi pemimpin karena faktor eksternal, internal, dan kombinasi. Dalam kasus-kasus seperti di atas terkesan bahwa seseorang tidak perlu bersusah payah belajar dan berlatih kepemimpinan apalagi teori kepemimpinan yang dipelajari atau dilatihkan berbeda jauh dengan praktiknya di lapangan. Memang, tidak selamanya praktik sehebat teori. Ada pula pendapat yang penting menjadi pemimpin dulu sambil belajar, tidak harus memiliki penguasaan teori kepemimpinan karena pengalaman adalah guru terbaik dan dapat mengalahkan sejuta teori. Semakin banyak peluang untuk memimpin, semakin besar pemimpin mengembangkan keahliannya. Anda harus berani mengambil kesempatan sebagai pemimpin untuk menguji diri menghadapi tugas baru yang sulit. Pemimpin adalah pembelajar. Pemimpin belajar dari kesalahan dan keberhasilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun