Sumber gambar: dream.co.id
"Mereka tidak punya plakat, tidak bertabur piala, sangat jarang pula dielu-elukan. Tapi mungkin mereka pahlawan yang sangat berjasa dalam hidup kita."
Di Indonesia, guru adalah salah satu contoh the unsung hero atau pahlawan tanpa tanda jasa. Sudah bukan rahasia bahwa, berbeda dengan para pahlawan yang diberikan tempat pemakaman khusus dan predikat lewat peraturan Kementerian Sosial atau tap MPR, guru nyaris senyap dari seremoni.
Betapa miris jika mengingat kejadian tragis atas guru yang dibunuh mantan muridnya. Atau guru yang dijadikan guyonan anak-anak didiknya di depan kelas. Padahal, guru, sangat layak dihargai karena bisa jadi posisinya tak kalah penting dibanding "pahlawan-pahlawan ketetapan".
Karena gurulah sebenarnya yang melahirkan pahlawan-pahlawan itu sendiri. Sukarno, Hatta, Sjahrir, Tjiptomangunkusumo, Cokroaminoto, Agus Salim, untuk menyebut segelintir nama pahlawan yang merupakan golongan terpelajar generasi awal Indonesia, tidak mungkin mencapai status demikian itu tanpa jasa guru.
Begitu pun kini, guru tetap tak tergantikan sebagai pencetak generasi bangsa yang cerdas. Guru, "digugu dan ditiru". Begitu pepatah Jawa bertamsil.
Pertanyaannya, apakah the unsung hero itu hanya ada dalam diri guru? Tentu saja tidak! Di berbagai aspek hidup, dalam detail keseharian, tentu ada banyak hero, yang ironisnya seringkali luput dari perhatian kita.
Petugas kebersihan misalnya. Tidak adanya mereka bisa berarti kiamat buat kita. Sebab jangankan jalan-jalan, mungkin untuk keluar rumah pun pastinya kita malas akibat sampah berserakan di mana-mana. Pernah kita memikirkan kesejahteraan mereka sampai tergerak untuk mengapresiasi apa yang telah mereka lakukan?
Sumber gambar: Kompas.comÂ