Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Setiap Profesi Punya Risiko dan Konsekuensi, Begitu Pesan Film "In Bruges"

10 Desember 2020   10:24 Diperbarui: 10 Desember 2020   10:37 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari sinilah Ken mengkhianati etos profesionalnya, yaitu menjalankan semua tugas membunuh tanpa pertanyaan dan keraguan. Karena buat apa membunuh orang yang sudah ingin mati? Di mana letak keseruannya? Lagipula, Ken rekannya sendiri. Bukan orang-orang jahat yang selama ini jadi targetnya.

Tangkapan layar pribadi
Tangkapan layar pribadi
Konsekuensi dari "pengkhianatan" Ken ini tentu harus dibayar, dan ia sudah siap. Ken menelpon Harry, menantangnya datang ke Bruges. Di lain sisi Harry memiliki prinsip yang sangat teguh. Di perusahaan pembunuh bayaran miliknya,  membunuh anak kecil itu sangat haram. Sehingga jika itu terjadi, siapapun harus mati. Ujarnya menjelang duel dengan Ken.

"Jika aku membunuh anak kecil, sengaja atau tidak, aku takkan berpikir dua kali, aku akan bunuh diri di tempat."

Benturan kedua prinsip ini kemudian mengantarkan film pada sisi paling menariknya sampai selesai. Setiap perbuatan juga prinsip yang goyah ataupun teguh, memiliki konsekuensinya sendiri-sendiri.  Lebih menarik lagi, Ray yang sudah mau meninggalkan Bruges untuk memulai hidup baru, tiba-tiba harus kembali lagi karena sebuah momen konyol yang bisa bikin kita tersenyum kecil.

Setelah ini, baik Ray, Ken, maupun Harry pada akhirnya harus menangung konsekuensi dari semua perbuatannya dengan cara tak terduga.

Latar film berupa kota Bruges, di negara Belgia, bukan sekadar untuk memperindah film. Lebih dari itu, kota kuno nan sunyi yang dikelilingi oleh bangunan eksotis peninggalan Abad Pertengahan inilah yang menggerakkan nafas film. 

Guyonan terkait hari pembalasan di sebuah museum tua, Ken yang melulu mengajak Ray ke gereja dan bangunan bersejarah, dan matafora angsa di sungai yang konon bisa membersihkan dosa, Bruges sepertinya memang dipersiapkan sebagai kuburan Ray sebelum masuk neraka. Atau mungkin juga alam baka untuk untuk Ken dan Harry? Siapa yang tahu.

Tonton deh In Bruges, nggak bakal rugi. Akting Colin Farrel, Brendan Glesson, dan Ralph Fiennes pun sangat memuaskan. Humor dark-comedy-nya pun segar. Sebagian besar terbilang kasar namun pas untuk membuat tertawa atau sekadar menyeringai.  Kredit patut diberikan ke Colin Farrel yang menjiwai peran seorang hitman newbie yang rapuh, depresi, dan cengeng. Setelah melihat aktingnya di film ini, hancur deh reputasinya sebagai bad boy Hollywood, haha.

Gambar cover: empireonline.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun