Magis Messi memang belum berakhir. Di usia yang sudah menginjak 30, dia tetap menjadi pembeda hasil pertandingan. Di lain sisi ia adalah penghibur sejati publik Camp Nou. Messi adalah artist yang sebenar-benarnya, memadukan seni tinggi dengan hiburan berkelas.
Baru-baru ini ia buktikan dengan mencetak 4 gol saat Barcelona menghajar Eibar 6-1 di lanjutan La Liga, Rabu (20/9) dini hari WIB dilansir dari Kompas.com(20/09/2017)
Meski demikian, penampilan Messi ini berbanding terbalik bersama Timnas Argentina. Mungkin ini sudah menjadi rahasia umum, terutama ketika dikaitkan kegagalannya membawa Tim Tango juara di level internasional. Tetapi posisi runner up Piala Dunia 2014, Copa America 2015, dan Copa America Centenario 2016 jelas bukan prestasi buruk, bukan?
Karena faktanya, banyak juga pemain terbaik dunia senasib Messi, yang mana mereka gagal membawa negaranya juara. Sebut saja Eusebio, Johan Cruyff, Zico, Roberto Baggio, George Weah, Michael Laudrup, Michael Ballack, hingga David Beckham? Dan mereka tetap saja dianggap sebagai anugerah terbesar dalam sejarah sepakbola.
Tapi dalam konteks ini masalahnya memang lebih pelik. Messi terancam gagal berlaga di Piala Dunia 2018 Rusia.
Jika memang benar-benar terjadi, hal ini jelas sebuah kegagalan dalam karier Messi. Sebagai seorang kapten di Albiceleste, sekian persen bisa dikatakan, ini merupakan kegagalannya dalam memimpin rekan-rekannya untuk tampil penuh motivasi dan meraih kemenangan. Messi seperti kurang berpengauh, magisnya nyaris tak keluar di timnas. Hasilnya, di kualifikasi Piala Dunia zona Amerika Latin, Argentina masih tertahan di posisi ke-5.
Dengan menyisakan dua pertandingan lagi, lawan Peru dan Ekuador, Oktober mendatang, Argentina wajib menang jika ingin lolos secara otomatis ke ajang tertinggi sepakbola tersebut.
Bukan tugas yang mudah tentu saja. Apalagi Peru sendiri berada di atas Argentina (posisi 4) dengan poin sama yaitu 24 poin - hanya unggul selisih gol. Lebih dari itu, negara beribukota Lima ini pasti tak akan mau mengalah untuk menjaga peluangnya berlaga di Piala Dunia. Kalah saja dari Peru, Argentina mungkin harus melewati play off. Lebih buruk lagi, akan terjerembab di posisi 6, kalau Chile yang berada di peringkat 6 dengan poin 23 menang melawan Ekuador.
Melihat kenyataan miris yang dihadapi dua kali juara World Cup ini, media banyak yang menghadirkan headline yang nyaris serupa di bulan September ini yaitu "Sulit Membayangkan Piala Dunia Tanpa Messi". Sebut saja ESPN, Mirror, Fox, Indian Expres dan Miami Herald. Isinya pun sama dengan kesimpulan bahwa tanpa Messi, piala dunia akan jadi hambar. Jutaan mata akan kehilangan sentuhan magis, gerak tak terduga di luar nalar, dan gol-gol cantik yang selalu diciptakannya.
Oke sampai di sini kita akan kehilangan sang Messiah. Tetapi ketidaklolosan, jika memang pada akhirnya benar-benar terjadi, pun bukan sepenuhnya diakibatkan Messi. Di sana masih ada Iccardi, Di Maria, Aguerro, Dybala, Otamendi, Mascherano, dan juga pelatih yang bisa dijadikan kambing hitam. Karena bukankah sepakbola adalah olahraga kolektif? Bukan semata-mata pengultusan individual.Â
Dan satu lagi, jika Messi dan Argentinanya tidak lolos. Tidak mungkin Piala Dunia 2018 akan digagalkan hanya karena Argentina dan Messi seorang. Masih banyak bintang yang layak kita tonton dengan antusias. Ada Neymar, Coutinho, Cristiano Ronaldo, Eden Hazard, Paul Pogba, Harry Kane, Isco, Toni Kross, untuk menyebut sejumlah nama yang tak kalah layak disaksikan selain Messi. Apakah kita mau kehilangan momen langka empat tahunan ini demi seorang pemain yang (sedang) tak mampu mengangkat performa timnya?
By teh way, kita nantikan saja aksi Messi di dua pertandingan terakhir yang menentukan apakah Argentina layak berlaga di Rusia. Kesimpulannya, dengan ataupun tanpa Messi, World Cup 2018 tetap berjalan dan sangat layak dinantikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H