Pilkada Serentak 2017 adalah momentum penting untuk membuktikan sejauh mana kedewasaan masyarakat Indonesia dalam menerima kekalahan saat jagoannya terhempas. Selain itu, juga sejauh mana para pendukung yang berhasil di atas pentas bisa melakukan rekonsilliasi kepada yang terhempas. Merangkul mereka, untuk kemudian saling bekerja sama dalam membangun daerah. Jika ini berhasil, pantaslah jika Indonesia dikatakan sebagai negara paling demokratis dan damai saat menjalankan pesta demokrasi. Karena sebagaimana yang telah di jelaskan di atas, di negara yang paling adikuasa, yang menjadi barometer untuk segala hal, mulai dari demokrasi, edukasi, teknologi, hingga dunia hiburan pun ternyata, ketika jagoannya kalah: masyarakatnya ngamuk juga.
Kenyataan ini sudah semestinya bisa melecut optimisme dan motivasi kita sebagai bangsa, untuk melewati Amerika Serikat bahwa Indonesia memiliki corak demokrasinya yang khas. Demokrasi yang didasarkan persamaan dalam perbedaan, demoktrasi sebagai kendaraan untuk mewjudkan harmoni demi kepentingan bersama di masyarakat yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Bukan demokrasi yang didasarkan dominasi dan supremasi salah satu kaum terhadap kaum lainnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H