Pochettino, seperti kolega-kolega seniornya dari Argentina semacam Marcelo Bielsa, Tata Martino, dan mantan rekannya di tim nasional Argentina, Diego Simeone, menerapkan gaya bermain menyerang dengan determinasi tinggi. Ia mengandalkan pemain cepat dengan stamina mumpuni, meski terkesan kurang Spartan dibanding apa yang diterapkan Simeone di Atletico Madrid.
Namun, hal itu ia instruksikan bukan tanpa alasan. Liga Inggris yang terkenal dengan permainan fisik dan benturan, sebisa mungkin ia hindari untuk melindungi pemainnya yang sebagian besar pemain muda agar tak mengalami cedera. Karena itu, alih-alih bermain Spartan dan intimidatif, pemain Spurs lebih memaksimalkan kelincahan bergerak serta pressing tinggi untuk mengisi setiap lini.
Lihat saja pergerakan pemain tengah dan sayap Spurs, mulai dari Eric Lamela, Mousa Dembele, Delle Ali hingga Christian Eriksen. Mereka bergerak dinamis dengan determinasi yang terjaga, lebih “halus” dalam perebutan bola, dan bahu membahu menjadi penyokong utama ujung tombak Harry Kane. Aura Latin begitu terasa saat melihat Spurs bermain, pasalnya Eriksen dijadikan playmaker seperti halnya si “no 10 tradisional”. Jangan lupakan juga Son Heung-Min yang bisa berperan sebagai winger ataupun second striker! Pemain asal korsel ini, oleh Pochettino sering diposisikan sebagai pengganggu bek lawan karena memiliki kecepatan, kengototan, dan dribble mumpuni. Dengan kombinasi ini, dan melihat cara mereka bermain sebagai sebuah tim, permainan Totenham menjadi fleksibel dan berkualitas.
Di sektor belakang, Pochettino melakukan terobosan dengan meminjamkan Frederico Fazio ke Sevilla, menggantinya dengan Toby Alderweireld yang lebih bugar. Pun di sektor bek kiri dan kanan, ia memaksimalkan kecepatan Danny Rose-Kyle Walker untuk melakukan penetrasi dalam membantu penyerangan. Semua bersinergi di bawah komando Jan Vertongen yang punya mobilitas tinggi dan Hugo Lloris, sang kapten, untuk menahan gempuran. Vertongen oleh Pochettino bahkan mempunyai “tugas sampingan” sebagai defensive midfielder untuk penyeimbang lini tengah (Ingat Vertongen adalah bek yang sering membantu penyerangan dengan punya tendangan keras, passing cukup akurat, dan stamina prima).
Apakah dengan semua materi tersebut Totenham akan juara di bawah Pochettino? Kita lihat saja! Karena BPL masih menyisakan 12 pertandingan dan tentu akan menyajikan kejutan-kejutan baru yang lebih mencengangkan. Yang jelas, pencapaian Pochettino saat ini, menjadi angin segar bagi persepakbolaan Inggris. Mirip seperti apa yang dilakuan Maurizio Sarri di Serie A bersama Napoli yang berhasil merusak dominasi Juventus, Milan Bersaudara, dan Derbi La Capitale. Ya, kita ihat saja nanti ..........
Salam kompasiana.