Mohon tunggu...
mochammad iqbal
mochammad iqbal Mohon Tunggu... -

mahasiswa uin maliki malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kognitif Development

29 November 2013   06:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah mahkluk dengan struktur tubuh yang paling kompleks. Kompleksitas manusia salah satunya terdapat didalam kepala berupa sistem kognisi yaitu otak. Otak manusia tersusun dari jutaan sel syaraf yang saling berkaitan dengan tugas-tugas fungsi tersendiri. Dan fungsi pokok otak adalah untuk berfikir. Kehidupan manusia tidak akan pernah bisa lepas dari berfikir. Mulai dari preunatal, neunatal, anak-anak, hingga usia dewasa.

Sering kali seorang ayah yang menyetel musik instrumen-instrumen klasik kepada seorang ibu yang tengah dalam kondisi hamil. Ketika diperdengarkan musik pada perut si ibu, maka bayi yang ada didalamnya akan meberikan sebuah respon yang bisa berupa gerakan. Namun jika tidak diperdengarkan musik, bayi cinderung tidak merespon. Hal tersebut mengindikasikan adanya proses berfikir pada bayi. Karena telah mampu memberikan respon yang berbeda pada suatu stimulus. Ada juga suatu fenomena dimana balita dikenalkan dengan dua buah dot yang berbeda, ketika dibiasakan dengan jenis dot yang bertekstur atau dengan jenis dot yang halus dipilih salah satu. Si balita akan terbiasa dan mengambil dot tersebut dengan cepat. Namun ketika ditunjukkan keduannya secara bersamaan, si balita akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memandangi dot yang mereka rasakan dalam mulutnya tersebut. Fenomena ini telah membuat pandangan bahwa si balita mulai melakukan proses kognitif dengan melihatnya pada perilaku motoriknya. Mandler berpendapat si balita memiliki operasional logis sejak seusianya. Namun pandangan ini bertentangan dengan pandangan Piaget. Yang mengungkapkan bahwa bayi belum memiliki kemampuan operasional logis.

Terdapat pula fenomena tentang anak yang sangat asyik dengan dunianya. Anak laki-laki khususnya sangat menyukai aktifitas bermain bola. Dimanapun tempatnya ia bermain bola, bahkan ketika ia memainkannya didalam rumah. Ia merasa seolah-olah dirinya adalah seorang pemain sepak bola profesional yang diketahuinya hanya bermain bola di setiap waktu tanpa henti dan dimanapun. Peristiwa ini menunjukkan egosentris dari si anak yang merasa hanya dialah yang mngetahui tentang apa yang dilakukannya dan orang lain tidak mngerti dengan apa yangdiketahuinnya. Serta ada lagi peristiwa tentang si anak yang saling berebut gelas minuman es dengan ukuran yang berbeda. Karena begitu hebohnya hingga ia saling bertengkar dan menangis untuk mendapatkan gelas yang paling besar. Sebenarnya yangterjadi disi adalah gelas dari keduannya memiliki volume yang sama, hanya saja bentuknya saja yang berbeda. Untuk gelas yang pertama berbentuk tinggi sedangkan gelas yang lainnya bebentuk lebar. Si anak mengira bahwa es yang paling banyak terdapat pada gelas yang berbentuk lebar daripada gelas yang berbentuk tinggi.

Ada juga fenomena dimana anak sudah mampu bertingkah seolah-olah menjadi seorang ilmuan. Ia merasa bisa bahkan cukup ahli dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah seperti menyeimbangkan suatu beban jika beban itu tidak seimbang. Seperti ketika si anak membantu ibunya membawa belanjaan ibunya di pasar yang begitu banyak, maka ia akan membaginya menjadi dua bagian yaitu ke tangan sebelah kanan dan sebelah kiri sehingga seimbang ketika membawa baragnya.

Piaget menjelaskan dalam teori kognisinya tentang tahap-tahap perkembangannya. Terdapat empat fase, yaitu 1) sensori-motorik ­yaitu perkembangan yang terjadi pada usia 0-2 tahun. Fase ini ditandai dengan pola sensorik-motorik. Si bayi mulai menangis ketika mersakan dirinya pada suatu yang tidak nyaman seperti ngompol yang kemudian tidak segera diganti popoknya, serta perilaku menghisap jempol dan menggenggam pada tangan. 2) pra-operasionalyaitu perkembangan yang terjadi pada usia 2-7 tahun, fase ini mulai terlihat pemanfaatan mental representasi atau diwakili dengan tindakan-tindakannya atau tingkah lakunya. Atau yang biasa disebut dengan berfikir. Sebagaimana fenomena diatas tadi tentang pemaknaan egosentris atau sudut pandang anak. 3) operasional konkrit yaitu perkembangan yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Fase ini adalah penyempurnaan tiga hal penting dalam pertumbuhan intelektual, yaitu : konservasi (kemampuan untuk mentransformasikan objek). 2) klasifikasi (pengelompokan atau kategorisasi objek-objjek yang mirip). 3) seriasi dan transifitas(adalah dua kemampuan yang terpisah namun saling membangun). Seperti mampu menyusun tongkat yang berserakan dengan penataan panjang saling sesuai. 4) operasional formal ditandai dengan kemampuan si anak yang sudah mampu meracik hipotesisnya dan mengujinya dengan realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Namun mulai manusia meningkat kerja intelektualnya ketika mencapai fase dewasa awal. Hal ini biasa disebut masa keemasan perkembangan manusia. Dan hingga tiba di masa dewasa akhir, perkembangan kognisinya lambat laun mulai menurun secara gradual. Fenomena ini terjadi karena mulai melemahnya kondisi tubuh. Perkembangan hormonal mulai berhenti. Karena sudah mencapai batas maksimalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun