Mohon tunggu...
Hilya Cindi Azizah
Hilya Cindi Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Venezuela, Mengurai Krisis Ekonomi yang Berlarut-larut

29 November 2024   06:18 Diperbarui: 29 November 2024   06:18 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Venezuela adalah negara yang memiliki banyak sumber daya alam, terutama minyak. Namun, negara ini mengalami krisis politik yang berkepanjangan, menjadi salah satu masalah paling mendesak di Amerika Latin.

Latar Belakang

Setelah meraih kemerdekaan, perekonomian Venezuela tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan. Meskipun negara ini berupaya untuk mengembangkan ekonomi, fokus pada sektor perminyakan memberikan dorongan pesat, yang awalnya mengurangi tingkat kemiskinan. Namun, pada tahun 1979, perekonomian mulai menurun, menandai awal dari krisis yang berkepanjangan. Venezuela menerapkan kebijakan neoliberal yang direkomendasikan oleh IMF, namun hal ini tidak menyelesaikan masalah ekonomi yang ada.

Keadaan ekonomi dan politik Venezuela tidak kunjung membaik hingga pemilihan Presiden Hugo Chavez pada tahun 1999. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi Venezuela mulai menunjukkan perbaikan, dengan investasi besar-besaran di sektor pendidikan dan kesehatan untuk 30 juta penduduk. Namun, pengabaian terhadap sektor minyak menyebabkan penurunan produksi. Setelah kematian Hugo Chavez pada tahun 2013, Nicolas Maduro, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden, mengambil alih jabatan presiden.

Konflik

Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia dan sangat bergantung pada hasil minyak untuk pendapatan negara. Ketergantungan ini menjadi masalah ketika terjadi penurunan produksi akibat inflasi dan harga minyak global yang merosot. Kebijakan Nicols Maduro, yang mencakup pengeluaran besar tanpa memperhatikan penurunan pendapatan, serta program sosial dan subsidi yang tidak berkelanjutan, semakin memperburuk defisit anggaran dan kondisi sosial ekonomi. Selain itu, korupsi di kalangan pejabat pemerintahan menghambat penggunaan dana negara. Ketidakstabilan politik dan konflik antara pemerintah dan oposisi menciptakan ketidakpastian ekonomi, membuat investor enggan berinvestasi.

Venezuela mengalami hiperinflasi yang ekstrem, dengan angka inflasi mencapai ratusan persen. Hiperinflasi ini mengurangi daya beli masyarakat, membuat harga barang melonjak sementara upah stagnan. Banyak warga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, yang menyebabkan kelaparan dan meningkatnya angka kemiskinan. Pengangguran juga meningkat seiring dengan memburuknya kondisi ekonomi, menyebabkan banyak perusahaan bangkrut. Krisis ekonomi ini mendorong bank untuk mencetak uang secara agresif, yang berujung pada lonjakan harga barang. Banyak orang mulai meragukan nilai mata uang mereka dan beralih ke mata uang asing yang lebih stabil, bahkan memilih sistem barter untuk memenuhi kebutuhan.

Krisis ini memicu protes di seluruh negeri, sering kali berujung pada kekerasan dan penangkapan massal oleh aparat keamanan. Banyak warga Venezuela yang melarikan diri demi mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain, seperti Brasil, Kolombia, Peru, dan Meksiko, banyak dari mereka pergi dengan berjalan kaki. Fenomena migrasi ini juga mempengaruhi produksi minyak, karena banyak pekerja meninggalkan negara mereka, mengakibatkan kekurangan tenaga kerja. Situasi semakin diperburuk oleh infrastruktur yang buruk, yang menyebabkan pemadaman listrik masal pada Maret 2019, sehingga jutaan orang hidup tanpa listrik.

Krisis ekonomi ini telah berubah menjadi krisis kemanusiaan, di mana banyak warga tidak dapat mengakses layanan kesehatan yang layak, pendidikan yang memadai, dan kebutuhan penting lainnya. Pemerintah gagal menyediakan layanan sosial, yang menyebabkan kekurangan pangan dan obat-obatan, serta meningkatnya risiko penyakit menular.

Situasi Terkini

Saat ini, situasi di Venezuela masih sangat sulit. Meskipun ada beberapa tanda pemulihan ekonomi, seperti peningkatan harga minyak dan sedikit stabilitas nilai tukar dolar, banyak warga masih hidup dalam kemiskinan ekstrem yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar untuk hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun