Mohon tunggu...
Sir Mintarjo
Sir Mintarjo Mohon Tunggu... -

low profile man

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buku Sebagai Upaya Pengembangan Pariwisata

14 Mei 2010   03:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untuk kawasan Asia, bahkan mungkin dunia, Indonesia memiliki obyek wisata paling lengkap. Kalau mau membandingkan, negara seperti Singapura dan Belanda, tidak memiliki gunung sama sekali. Negara seperti Luksemburg tidak memiliki pantai. Negara seperti Denmark, Swedia, dan Finlandia hanya sedikit menikmati hangatnya matahari. Hutan hujan tropik kita diakui sebagai world heritage. Habitat asli komodo hanya ada di Indonesia. Belum lagi keindahan di kedalaman laut kita. Apa lagi?

Potensi keunikan ini jika dikembangkan secara profesional bukan tidak mungkin akan menjadi aset wisata yang luar biasa dan bisa menjadi sumber kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 4, sektor kepariwisataan merupakan pilar strategis dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa kepariwisataan bertujuan untuk:

a.meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. menghapus kemiskinan;

d. mengatasi pengangguran;

e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. memajukan kebudayaan;

g. mengangkat citra bangsa;

h. memupuk rasa cinta tanah air;

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

j. mempererat persahabatan antarbangsa.

Apa yang tertuang dalam klausa di atas bukan sekadar isapan jempol. Pertumbuhansektor pariwisata akan memberi spread effect terhadap sektor lain, misalnya sektor perdagangan, transportasi, industri dan sektor-sektor lain terkait akomodasi kegiatan pariwisata. Pertumbuhan pariwisata akan mendorong terbukanya peluang usaha yang tentu saja membuka kesempatan kerja seluas-luasnya. Tak pelak lagi, kemajuan sektor pariwisata akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang bukan saja ditandai oleh meningkatnya devisa negara, tetapi juga peningkatan pendapatan masyarakat, tingkat pengangguran yang berkurang dan muaranya adalah menurunnya angka kemiskinan. Bukan tidak mungkin, kalau dikelola secara profesional, APBN negara kita dapat ditopang 100% dari sektor pariwisata.

Sampai saat ini, diakui atau tidak, pengelolaan pariwisata kita jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara Malaysia, Singapura, dan Tahiland. Hal ini terlihat dari miskinnya promosi pariwisata kita ke negara lain. Jika Anda pernah menginap di hotel-hotel Singapura, Anda akan memperoleh brosur tentang paket wisata ke negara Malaysia. Beberapa obyek wisata ditawarkan di brosur itu. Ini langkah promosi yang sangat efektif. Banyak wisatawan yang tertarik dengan paket tersebut. Padahal kalau mau tahu, obyek wisata yang ditawarkan kalau dibandingkan dengan obyek wisata yang ada di Indonesia: NGGAK ADA APA-APANYA! Kalau Anda mengikuti paket wisata tersebut, Anda akan berkomentar: ”Kalau cuman kayak gini, di Indonesia banyak!”

Itulah pemikiran kita. Kita biasa menilai orang dari sisi diri kita sendiri. Kita tidak tertarik terhadap gunung dan kita menganggap wisatawan juga tidak tertarik terhadap gunung. Ini kekeliruan besar. Bahkan, ekstremnya, Kali Ciliwung yang kotor itu dapat menjadi obyek wisata menarik bagi orang-orang Eropa karena di negaranya nggak ada sungai seperti itu. Pemikiran seperti ini belum ada di pembuat kebijakan kepariwistaan di Indonesia.

Tak pelak lagi, untuk memajukan pariwisata di Indonesia, kita perlu mengenali psikologi wisatawan asing. Ini bisa digunakan sebagai bahan promosi. Orang Singapura tertarik dengan gunung atau pegunungan karena di negaranya tidak ada satu gunung pun! Maka, promosi kita di negara tersebut lebih banyak menawarkan obyek wisata berupa gunung dan saudaranya seperti lembah ngarai atau hutan lindung. Jadi promosi harus dilakukan secara customize! Tidak gebyah uyah!

Pengembangan kepariwisataan bukan semata-mata berurusan dengan pertumbuhan ekonomi tetapi juga terhadap pola pikir dan tata kehidupan masyarakat. Pengembangan kepariwisataan di suatu negara, umumnya bertumpu pada kekayaan, keanekaragaman, kekhasan lingkungan alam maupun budayanya. Pada hakikatnya inilah modal dasar pengembangan kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan yang tidak terkendali akan mengakibatkan degradasi lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Padahal, dua hal itulah aset utama kepariwisataan.

Di sinilah pentingnya peran masyarakat dalam mengembangkan kepariwisataan. Dalam hal ini, masyarakat yang memiliki wawasan luas berkaitan dengan dunia kepariwisataan akan mendorong kemajuan pariwisata di daerahnya. Dengan wawasan yang dimiliki tersebut, masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian alam dan budaya di daerahnya yang tiada lain merupakan aset wisata yang sangat berharga.

Guna membangun wawasan dan kesadaran masyarakat terhadap pengembangan kepariwisataan di daerahnya, sudah barang tentu dibutuhkan sarana. Di sinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan. Salah satu sarana yang cukup efektif untuk menambah wawasan masyarakat akan kepariwisataan adalah buku yang berkaitan dengan dunia wisata. Buku-buku mengenai potensi daerah, buku potensi wisata daerah, atlas daerah, dan panduan mengenai upaya menjaga aset wisata sangat diperlukan dalam hal ini. Celakanya, di sinilah kita sangat kekurangan. Dari sekian juta judul buku di Indonesia, buku yang berkaitan dengan pariwisata masih dapat dihitung dengan jari. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini kementerian pariwisata dan kebudayaan perlu mengupayakan penyediaan buku-buku terkait dengan dunia kepariwisataan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun