Nah kalo aku kan berarti nanti 3 kali, sebab selain kelasku di SD, aku kan harus mengikuti homescholingku yang kadang-kadang ditemani mama dan kadang-kadang sendiri. Dua jam tiap hari, aku harus mendengarkan dan melafalkan berbagai kosa kata dalam bahasa Jerman dan Belanda. Genda menyimakku dari seberang. Itu atau aku tidak boleh keluar untuk sekolah di hari berikutnya.
Rupanya aku menemukan berbagai keasyikan melalui kelas yang disebut sentra belajar itu. Aku boleh memilih kelas yang mana saja sesuai selera. Hasilnya, Ramadhan berikutnya hampir semua piala berhak kubawa pulang. Minimal runner up. Aku dan Lyla benar-benar beda tipis dalam hal prestasi. Aku hanya tak pernah tahu apa yang Lyla kaji setiap ba'da maghrib, sama seperti halnya Lyla tak pernah tahu bahwa ada Genda dalam setiap laju hari-hariku.
Lyla tak pernah tahu bahwa saat kami sama-sama lulus SD, aku pun telah mengantongi sertifikat dua bahasa. Jerman dan Belanda serta memulai dua kelas bahasa berikutnya. Inggris dan Mandarin. Masih bersama orang yang sama, Genda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H