Pagi ini saya  merasa  harus menuliskan kesyukuran di pojok diary. Salah satu alasannya adalah bakal terbitnya satu lagi tulisan saya di sebuah buku antologi cerpen. Jujur, sebenarnya saya tidak akan mengatakan bahwa tulisan itu salah satu masterpiece saya. Tulisan itu "hanya" merupakan buah dari "memaksa diri" mengikuti project menulis literasi  untuk negeri. Sebuah project yang merupakan kerjasama dari FLP (Forum Lingkar Pena) Karanganyar bersama Balai Bahasa Jateng.Â
Saat itu, semua peserta worshop didorong untuk mengikuti project menulis ini. Tentu pada akhirnya tidak semua menulis. Dan saya termasuk salah seorang yang merasa harus menulis.
Salah satu kriteria tulisan adalah mengangkat budaya lokal setempat. Saya  yang memang tinggal di wilayah sejuk bernama Temanggung yang dekat dengan Gunung Sindoro dan Sumbing mengambil salah satu tema itu. Sedikit mengenai cluster kondangan yang isinya terinspirasi dari berita dengan judul yang sama di berbagai terbitan.Â
Fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata dan budaya yang ada di sekitarnya. Sedikit membahas mengenai kebiasaan masyarakat setempat (yang tentunya tidak akan bisa menggambarkan secara keseluruhan). Serta sebuah pemaparan fakta yang tidak selalu setia dengan idealita kita.Â
Satu hal yang pasti, tulisan itu berhasil saya selesaikan dengan dorongan adanya deadline.Â
Deadline membuat saya produktif menulis. Awalnya kata-kata itu adalah kata-kata pemateri dalam workshop menulis tersebut. Namun saya menyetujuinya dan kemudian menemukan fakta-fakta bahwa "tulisan serius" saya bisa  selesai saat ada tenggat pasti.Â
Satu per satu saya telusuri, tulisan saya (baik fiksi maupun non fiksi), rata-rata lahir  saat ada tenggat yang harus saya penuhi. Deadline membuat saya terbantu  untuk menyelesaikan tulisan dengan tepat waktu. Mungkin ada beberapa yang molor sedikit dari tenggat, tapi secara umum, tenggat membuat saya mau tidak mau menyelesaikan tulisan.
Tiba-tiba  saya menyadari kelemahan terbesar saya. Meskipun saya sering mengaku bahwa saya suka menulis, tapi ribuan tulisan saya itu lebih sekedar berupa catatan harian yang bahkan seringkali hanya bermakna untuk saya sendiri. Tulisan saya yang "serius" dan terpublikasi, sebagian besar adalah karena adanya tenggat yang ditetapkan.Â
Salah satu contoh sederhana tulisan bertenggat atau deadline antara lain :Â
1. Karya tulis ilmiah (termasuk di dalamnya skripsi dan tesis maupun disertasi).Â
Tulisan model begini pasti ada tenggat karena berhubungan dengan yudisium dan kelulusan. Termasuk tulisan yang mendorong kita untuk sampai di titik ini, seperti naskah proposal di mata kuliah metodologi penelitian. Kembali memiliki tenggat dalam upaya menyelsaikan studi memaksa kita menyelesaikan tulisan. Â