Aku bersyukur ada Lyfe dan Diary ini di sini. Selama ini sebenarnya kompasiana menjadi salah satu tempatku menitipkan tulisan. Beraneka ragam tulisan. Sehingga aku menduga bahwa aku tidak akan mendapatkan centang biru. Tulisanku benar-benar beraneka ragam.
Tapi lalu aku mendapati bahwa sekarang ini ada kolom diary di sini. Mungkin suatu saat kelak, aku bisa mendapatkan centang biru. Meskipun sebenarnya tidak terlalu penting juga buatku.
Namanya juga diary, bisa jadi tulisan yang tertera di dalamnya tidak bermakna apapun untuk yang membaca. Tapi aku sih berharap tetap ada yang mendapat kan sisi kemanfaatannya. Semoga.
Semenjak aku menemukan kembali kompasiana di awal masa Pandemi lalu, aku merasa perlu rutin lagi menulis di sini. Apapun isi tulisannya. Itu sebabnya tulisanku juga beraneka ragam.
Hari ini aku akan mencoba mengupas perlunya catatan harian buat diriku sendiri. Dalam bentuk yang paling sederhana, catatan harian membuaku bisa mengenang kembali berbagai torehan tinta di masa lalu. Aku bisa mensyukuri berbagai tahapan yang pernah aku lewati. Aku juga bisa menarik kembali ingatan yang tidak bisa kuperoleh tanpa bantuan catatan itu.
Mendapati pelbagai manfaat dari menulis catatan harian, maka aku akan mencoba untuk terus menulis dan menulis. Kadang ada topik khusus yang dibahas meski tak jarang hanya sekedar menulis saja. Mencurahkan apa yang sedang aku pikirkan.
Sejauh ini catatan harianku terserak dalam berbagai media. Tulisanku ada yang ditulis di komputer, di buku (biasanya berupa buku kuarto cap Gelatik Kembar isi 200 lembar), atau di blog. Kini, aku jadi punya media baru lagi untuk catatan harian. Di kolom Lyfe, Diary Kompasiana.
Semoga kelak, selain aku sendiri yang mendapatkan kemanfaatan, ada juga pembaca lain yang juga mendapatkan inspirasi kebaikan dari tulisan yang aku buat di forum ini.
Aamiiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H