Pagi ini saya masih di ujung tidur yang hampir bangun ketika saya merasa mimpi saya seperti sangat nyata. Setelah sekian lama tidak membuat acara pertemuan off air (karena memang situasi Pandemi tidak memungkinkan), saya merasa di mimpi saya ini kami sedang membuat acara santunan dhuafa. Biasa saja acaranya. Menghadirkan mereka yang kurang beruntung untuk diberikan sesuatu. Karitatif.Â
Tiba-tiba, di tempat yang bersebelahan saya melihat ada acara lain. Judulnya menarik, yang satu program "ora isin" dan "pastikan lilin tetap menyala" . Di acara tersebut saya melihat yang hadir adalah beberapa rekan saya sekolah waktu SMP dan tetangga dekat rumah ibu saya. Saya sungguh agak kaget mereka hadir di acara tersebut. Mestinya kalo mereka perlu santunan, kami yang paling harus menyantuni duluan, tapi lalu saya berusaha memahami. Acara mereka lebih menarik kemasannya.
Betapa acara santunan yang biasa saja, berubah menjadi acara yang lebih menarik karena kemasannya. Saya menafsirkan dari judul acara nya, bahwa mereka mengumpulkan para single parents untuk "ora isin" tetap melangkah dan bersinergi bersama mereka. Mereka dilibatkan. Dan mau.Â
Lalu di akhir sesi itu saya pulang, jalan bersama teman teman saya. Tiba2 fotocopy ijazah dan legalisir serta beberapa voucher belanja yang saya bawa dari acara (semacam ada acara di kampus), kabur dan jatuh ke sungai. Serta merta saya terjun dan mengambil air tersebut. Hap, tertangkap 1 dan yang selebihnya terbawa air dan melewati pintu air.Â
Beberapa saat kemudian, rombongan rekan lain dari instansi kami datang. Dan rupanya ada yang menemukan copyan yang terbawa arus tadi. Masih kering rapi karena memang ada dibungkus kertas. Mantan staf humas saya yang saat ini bertugas di unit lain yang membawakan.Â
Konon, tadi yang menemukan adalah dua orang  cleaning service dari partner sebelah. Awalnya mengira ini adalah berkas kredit bank saya. Saya tertawa berterima kasih dan lalu merenung. Sudah lama gaji saya tidak terpotong cicilan bank. Dan saya masih meyakini bahwa saya tidak akan lagi meminjam uang di bank secara pribadi. Tapi ini mungkin sebuah peringatan melihat sisi lain.Â
Mungkin ada yang sangat memerlukan pinjaman semacam itu. Mungkin perusahaan bisa berpartner dengan bank untuk menyediakan rumah murah sederhana untuk petugas semacam cleaning service tersebut dan sejenisnya. Yang kesulitan mengakses pinjaman bank karena dianggap tak mampu bayar cicilan oleh bank. Terutama memikirkan mereka di usia pensiun mereka kelak.Â
Mungkin ini waktunya saya harus berpikir jernih dan mulai kembali berpikir mengenai menggunakan uang orang lain untuk menyejahterakan kerabat dan teman yang mungkin membutuhkan. Membuat jembatan yang memungkinkan pribadi yang membutuhkan bisa terhubung dengan mereka yang punya uang berlebih dan tak tahu harus menggunakannya untuk apa. Saya jadi ingat serangkaian tulisan Robert Kiyosaki yang sudah lama tidak saya tengok.Â
Mimpi ini agak aneh. Dan saya merasa harus segera bangun dan bangkit dari tidur. Merasa harus melanjutkan konsep itu dalam tulisan. Mungkin suatu saat nanti akan terpakai. Atau bisa saja menjadi inspirasi bagi orang lain yang kemudian membacanya. Semoga bermanfaat, daripada disimpan sendiri sebagai mimpi yang aneh.Â
Atau saya berdoa saja, semoga ada yang sepemikiran dengan saya dan lalu menjadikan mimpi ini jadi nyata.Â
Selamat berakhir pekan.Â
Semoga pagi ini dan seterusnya kita semua diberi kesehatan dan pencerahan untuk terus bergerak memberikan kemanfaatan bagi sesama.Â
Wassalamu'alaikum..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H