"Selamat datang. Ada yang bisa dibantu?"
"Mau tanya, untuk yang acara Kompasiana di mana, ya? Sudah pada datang?"
"Oh dari Kompasiana, mari saya antar. Mejanya sudah disiapkan. Belum ada yang datang."
Saya melangkah mengikuti mbak-mbak ramah berkostum hitam.
Obrolan dan adegan ini akan biasa saja jika hanya berupa tulisan tanpa keterangan panjang, namun percayalah dikenyataan adegan ini sungguh manis. Saya suka pada sambutan yang diberikan pihak Sultan Agung Cuisines.
Hari masih pagi saat saya tiba di pelataran yang sedikit basah usai hujan semalam. Sudah banyak motor baris rapi di parkiran. Tidak heran dong kalau saya mengira teman-teman Kompasiana sudah pada datang. Ya walau pada akhirnya saya salah. Tepatnya saya salah jam janjian. Harusnya jam 11 dan saya datang satu jam lebih pagi. Namun justru ini jadi kebahagiaan bagi saya. Kalau sebagian orang bilang menunggu adalah sesuatu yang melelahkan maka tidak untuk saya, menunggu adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri pada hal baru. #hasyik
Usai mengantar saya ke meja yang sudah disiapkan, mbaknya berlalu dengan masih menyunggingkan senyum. Jadi saudara-saudara sebelum makanan saya dihidangkan, saya lebih dulu kenyang oleh senyum mbak dan mas di tempat ini. #halah
Sembari menunggu teman-teman datang, saya meminta izin untuk berkeliling ke bangunan yang masih mempertahankan unsur klasiknya. Jika dilihat dari luar bangunan Sultan Agung Cuisines terlihat seperti bangunan  zaman Belanda. Dan memang benar, bagian depan dari bangunan resto ini memang bangunan lawas sejak zaman Belanda. Dari cerita sang owner, bangunan ini dibangun saat kependudukan Belanda. Orang pertama yang memilikinya adalah seorang dokter pribumi. Bukan sebuah gedung persembunyian atau semacamnya, bangunan ini semata-mata adalah rumah pribadi. Jika akhirnya hari ini bisa jadi resto dengan nama Sultan Agung Cuisines itu karena kepemilikan telah berpindah tangan berkali-kali.
Saya mendengarkan cerita dari sang owner sembari ngemil makanan yang sudah disajikan. Enak sekali, makan siang sambil mendengarkan dongeng dan alam seakan ikut melenakan dengan menurunkan hujan yang syahdu. Perpaduan siang yang aduhai.