"Tidak ada yang salah dengan pertanyaan kamu atau pun sikapmu. Aku tidak pernah melarang siapa pun bicara. Aku justru butuh teman diskusi untuk memajukan Desa Kucing ini. Aku butuh omongan kalian untuk sama-sama melindungi Desa Kucing ini. Kalau tak ada suara dari mulut kalian, bagaimana bisa seorang Tetua mengambil keputusan?"
Maka sejak saat itu, pertemuan di pelataran rumah Tetua tidak lagi kaku. Semua kucing yang hadir boleh mengutarakan keinginan. Mereka kini saling memberi dan menerima.
Sampai perayaan berakhir, tak terjawab keinginan yang diinginkan Lanin.
Cerita Fabel ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan peristiwa maka itu bukan sebuah kesengajaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H