Jujur, saya sudah lama menginginkan novel ini bisa terbeli dan bisa saya nikmati untuk dibaca. Tapi, karena harganya cukup mahal terpaksa saya mengurungkan niat saya itu hingga pada akhirnya saya bisa juga mendapatkannya, si novel Perahu Kertas (tentu dengan suatu cara yang rahasia tapi pastinya gak nyolong kok... :D).
Sebelumnya saya sudah pernah membaca karya-karya sang pengarangnya, Mbak Dewi "Dee" Lestari.
Karyanya yang sudah pernah saya baca adalah Filosofi Kopi (minjem punya teman, hehe....) dan Rectoverso (kalau yang ini asli punya sendiri dan kini sedang di pinjam salah satu teman, belum dikembalikan. sebut saja namanya Carla. hehehe....). Kalau yang Supernova, jujur nggak punya dan belum pernah baca (hiks..hiks...padahal pengen, hmm...ada yang mau pinjemin ke saya??).
Intinya, karya-karya novel Mbak Dee sangat keren, amazing, luar biasa, inspiratif...pokoknya nggak bisa digambarkan dengan kata-kata (halaaahh...bahasanya).
Yang pasti juga, Mbak Dee adalah salah satu penulis novel yang saya favoritkan.
Untuk karya yang satu ini, Perahu Kertas, saya kasih dua jempol deh (kayak di status-status Facebook) atau malah lebih, saya tambahin juga sama semua jari kaki saya (hahaa...ok. lebay).
Perahu Kertas (sama seperti komentar-komentar dalam novel tersebut) berhasil dengan suksesnya mengaduk-aduk emosi saya. Jujur, ini nggak bohong dan dibuat-buat.
Sampai habis bacanya, saya masih merasakan hal itu dan hampir menangis saya dibuatnya (walau sebenarnya nggak beneran nangis juga).
Baru kali ini saya bisa menghabiskan waktu kira-kira 3,5 jam untuk membaca sebuah novel, apalagi novel itu baru saja dibeli.
Saat pertama kali membaca halaman pertama, saya seperti tertarik dalam sebuah ikatan yang kuat yang "memaksa" saya untuk terus membaca ke halaman selanjutnya dan selanjutnya.
Saya tidak bisa berhenti untuk terus membacanya.
Sebagian yang diceritakan dalam novel itu mirip dengan kehidupan saya, tepatnya dengan masalah dan "rasa sakit" yang saya alami sekarang.
Jadi, tidak ada salahnya jika saya menganggap novel Perahu Kertas sebagai "obat "penawar" dari "rasa sakit" yang saya alami sekarang ini.
Setelah membaca Perahu Kertas, seolah-olah saya mendapatkan kekuatan untuk meraih apa yang selama ini saya impikan.
Saya serasa mendapatkan kekuatan dan kepercayaan diri untuk kembali berdiri tegak, be a strong and a tough girl, be brave to face "the reality", menghadapi masalah yang kini datang.
Saya "kembali" percaya diri dan berani untuk menulis. Ya, setelah beberapa waktu saya "stuck" dan merasa "inspirator" saya telah pergi dan menghilang.
Dan kini saya beruntung memiliki kesempatan untuk menikmati novel Perahu Kertas ini.
Beberapa kutipan favorit saya dalam novel Perahu Kertas:
1. "Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita demi menjadi diri kita lagi."
2. "Tidak ada yang salah," batin Kugy. "Mungkin aku yang memang terlalu berharap."
3. "Sekalipun akhirnya dia memilih untuk tetap bersamamu, hatinya tidak bisa oleh dipaksa oleh apa pun, oleh siapa pun."
4. "Kepala kamu akan selalu berpikir menggunakan pola 'harusnya', tapi yang namanya hati selalu punya aturan sendiri. Secerdas-cerdasnya otak kamu, gak mungkin bisa dipakai utk mengerti hati. Dengerin aja hati kamu."
Dan yang paling saya favoritkan adalah...
"Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak perlu memilih, ia selalu tahu ke mana harus berlabuh."