" Itu karena sekarang banyak kerjaan di kantor yang harus aku lakukan, "
" Selalu saja seperti itu alasannya. Sibuk..sibuk.. dan sibuk... "
" Kenapa sih kamu jadi seperti ini sekarang? Bukankah kamu juga sibuk? Tapi, aku tidak mengeluhkan
hal itu. Kamu cemburu kalau aku lebih banyak waktu di luar? Kamu khawatir kalau aku selingkuh dengan wanita lain? "
" Kenapa pertanyaannya seperti itu? "
" Ya, mungkin saja seperti itu. Percayalah, aku tidak macam-macam. Aku benar-benar bekerja. Demi masa depan kita, "
" Kalau begitu, buktikan kalau ucapanmu tadi memang benar, "
" Aku tidak bo..."
Klik.
Aku langsung memutuskan pembicaraan d ihandphone.
Ia masih berusaha menghubungiku kembali, tetapi langsung ku reject panggilannya.
Ku rebahkan tubuhku ke sofa dan menghela nafas. Ku pejamkan mata dan tak terasa air mata yang tadi ku tahan, akhirnya keluar juga. Deras.
Sampai kapan akan begini terus? Kapan ia akan mengerti kalau aku benar-benar membutuhkannya saat ini? tanyaku dalam hati.
Malam ini sama seperti biasanya.
Aku sendiri dan kamu entah dimana.
Aku tak tahu apa yang kamu lakukan sekarang dan begitu pula sebaliknya.
Kita semakin jauh. Mungkinkah kamu menyadarinya?
*Cerita ini adalah FIKSI dan sudah lama dibikinnya. Baru sekarang bisa dipublish.
_Ruang Sunyi, 28 November 2009_