Malam ini sama seperti biasanya.
Aku sendiri dan kamu entah dimana.
Aku tak tahu apa yang kamu lakukan sekarang dan begitu pula sebaliknya.
Kita semakin jauh. Mungkinkah kamu menyadarinya?
Pikiranku berputar kembali pada pembicaraan kita saat sore tadi. Kamu menghubungiku melalui handphone-mu dan kembali mengucapkan pernyataan maaf untuk ke sekian kalinya.
" Maaf, aku tidak bisa menemanimu kali ini, " ucapmu dengan nada menyesal.
" Lagi? " tanyaku agak kesal.
" Tapi aku benar-benar disibukkan dengan banyak kerjaan. Ini demi masa depan kita juga. Cobalah mengerti... "
" Kamu selalu sibuk. Bahkan untuk temani aku sebentar saja. Aku butuh kamu saat ini. Bukan aku yang seharusnya mengerti, tapi kamu, "
" Bukannya sudah sering kita seperti ini? Aku pikir kamu sudah terbiasa dan bisa menerima ini dari awal? Aku pikir kamu bisa memaklumiku,"
" Ya, aku memahamimu. Sangat memahamimu. Aku menerimamu apa adanya. Aku memaklumi kesibukanmu di luar sana. Tapi, pernahkah kamu merasakan bagaimana khawatirnya diriku saat kamu tidak ada di sisiku, saat kamu di luar sana? "
" Aku akan baik-baik saja. Tak usah khawatir, "
" Tapi, kamu sering sibuk seperti ini. Apakah tak ada waktu sedikit pun untukku? Untuk kita bersama, sebentar saja? "
" Aku kan selalu mengabarimu lewat sms atau telepon langsung "
" Ya, tapi sekarang sudah jarang, "