[caption id="attachment_378283" align="aligncenter" width="504" caption="(Foto: Pribadi)"][/caption]
Sejak bulan lalu, e-mail saya menerima beberapa pesan minta tolong koreksi aplikasi beasiswa yang akan menutup dalam waktu dekat, mulai dari formulir aplikasi sampai study objective dan personal statement. Disela-sela kesibukkan studi, saya coba luangkan waktu membaca aplikasi yang dikirim. Semoga dengan membantu orang lain bisa mempermudah jalan saya menyelesaikan tugas paper semester ini. Satu per satu saya baca, ada aplikasi yang butuh perbaikan banyak, sedangkan yang lain sudah bagus tapi masih harus diperbaiki lagi. Sayangnya, sembari memberikan koreksi dan komentar, terbayang di pikiran saya tentang sisa waktu yang tersedia sebelum deadline beasiswa yang akan dilamarnya. Memperbaiki tulisan dan aplikasi beasiswa bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam waktu satu atau dua hari. Terkadang, butuh diskusi, baca, dan lain sebagainya, karena celah yang harus diperbaiki sudah mulai sulit terlihat. Ditambah lagi, mengirim tulisan segera setelah jadi biasanya jarang memberikan hasil yang diharapkan.
Berbicara tentang menulis, sewaktu sedang studi di University of Manchester, Inggris, saya suka mengikuti acara Kemisan yang diadakan Mas Yanuar Nugroho, orang Indonesia yang menjadi Professor di universitas ini. Acara Kemisan ini untuk membantu mahasiswa Indonesia dengan tugas-tugas kuliah yang ada, seperti esai, penelitian, dan seterusnya, setiap hari Kamis sekitar satu sampai dua jam. Menulis dengan bahasa Inggris berbeda jauh dengan menggunakan bahasa Indonesia. Cara berpikir orang Asia dalam menulis juga berbeda dengan cara berpikir orang Barat. Rata-rata mahasiswa Asia yang baru pertama kali studi ke luar negeri akan menghadapi kesulitan dalam hal menulis. Bukan karena bahasa Inggris mereka yang tidak bagus, melainkan cara mengorganisasi tulisan yang perlu waktu mengikuti gaya kepenulisan sebenanrya dalam bahasa Inggris. Punya skor TOEFL atau IELTS yang tinggi bukan jaminan bisa melewati esai atau paper dengan baik, karena menulis akademik berbeda jauh dengan konsep dua tes internasional tersebut.
Satu nasehat yang selalu diberikan Mas Yanuar pada kami saat itu, ” Jangan pernah submit tulisan yang baru saja selesai”. Kita bakal senang bukan main ketika berhasil menyelesaikan satu tulisan. Rasanya tulisan itu segar sekali dan ingin segera dikirim. Selain itu, ada rasa malas juga untuk merevisinya lagi. Perlu diingat, ada idiom yang mengatakan, “Fresh from the Oven”, tapi mungkin ini tidak berlaku untuk menghasilkan tulisan yang bagus, Bayangkan, kita baru saja mengeluarkan roti dari oven, fresh from the oven, lalu coba nikmati segera setelah dikeluarkan. Bagaimana rasanya? Tentu saja panas. Belum sempat menikmati rasa roti, bibir sudah terasa terbakar terlebih dahulu. Perlu beberapa waktu untuk mendinginkan roti setelah dikeluarkan kemudian baru bisa dinikmati. Begitu juga dengan tulisan. Harus dibiarkan dulu beberapa saat, minta tolong orang lain baca, minta komentar mereka, baru kemudian terlihat kekurangan dan revisi kembali. Tulisan yang bagus merupakan hasil dari puluhan kali editing, bukan yang dikirim segera setelah jadi.
Aplikasi beasiswa melibatkan banyak sekali tulis menulis, mulai dari esai yang singkat sampai proposal penelitian, diluar persiapan dokumen-dokumen resmi lainnya. Kirim langsung segera setelah jadi bak sebuah roti yang dikeluarkan langsung dari oven panas, bukanlah ide yang baik. Mungkin mengirim aplikasi beasiswa tidak sulit, hanya tinggal kumpulkan semua dokumen, pergi ke kantor pos, done! Namun, perlu diingat, sejak dokumen itu dikirim, pikiran kita akan terus menerus terikat dengannya. Seleksi beasiswa studi ke luar negeri umumnya memakan waktu satu tahun, bayangkan saja terjebak dalam pengharapan dan kecemasan akan hasil selama itu. Bila seorang penebang kayu diberikan waktu sepuluh jam untuk menebang satu pohon besar, dia akan menghabiskan delapan jam mengasah kampaknya. Persiapan adalah kunci dalam meraih hasil yang diinginkan.
Buat perencanaan dengan menggunakan timeline dimana ujungnya adalah dua hari sebelum deadline. Perhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aplikasi atau tulisan, kapan harus mengirimkan pada orang lain agar bisa dikoreksi. Setiap orang punya kesibukkan, dan membantu mengoreksi tulisan lain bukanlah aktifitas yang mengasyikkan, maka perlu beri beberapa waktu pada mereka. Semua proses ini tidak akan berjalan seperti yang diharapkan, terkadang feedback baru didapat mendekati deadline, dan lain sebagainya. Harus siap tekun kerja siang malam. Dalam menyelesiakan sebuah tulisan seperti di aplikasi beasiswa, berapapun waktu yang dimiliki, terkadang tidak sesuai saja; satu tahun kebanyakan, satu bulan terlalu sedikit, dan lain-lain. Semuanya bergantung dengan kesungguhan diri, mau seberapa banyak atau sedikit waktu yang ada, selalu akan ada celah untuk bekerja, walau beberapa pengorbanan harus dilakukan.
– – – – – – – – – – –
Budi Waluyo I BBM 7DCB0622 I Line ID: Sdsafadg I Twitter @01_budi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H