Tulisan ini adalah seri kedua dari tulisan "Upgrade diri, Lejitkan Potensi Diri (1)" yang bisa dibaca di link ini:http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/08/29/upgrade-diri-lejitkan-potensi-diri-1/
Meng-upgrade diri artinya kita meningkatkan kualitas diri, baik dari segi pengetahuan maupun kemampuan. Didalam proses itu ada perubahan yang terjadi. Perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan dari tidak bisa menjadi bisa. Ditahap selanjutnya, perubahan yang terjadi bisa meliputi dari tahu menjadi lebih tahu lagi, dan dari bisa menjadi lebih bisa lagi. Sehingga bisa dipahami bahwa disaat kualitas pengetahuan dan kemampuan seseorang meningkat dari sebelumnya, maka dia bisa melejitkan semua potensi yang dimilikinya. Bahkan termasuk potensi yang dulunya terkubur dan tidak pernah dia ketahui sebelumnya.
Aku masih ingat, dulu aku pernah mendengar cerita tentang seorang anak penjual koran. Setiap hari anak tersebut pergi mengantarkan koran dari rumah ke rumah, dari kantor ke kantor, dan menjajakannya di pinggiran jalan. Sembari mensortir koran setiap pagi, anak tersebut selalu menyempatkan membaca sekilas tentang berita-berita yang ada dikoran-koran tersebut. Sehingga, walaupun kakinya hanya melangkah menuju tempat-tempat yang sama setiap harinya, pikiran dan pengetahuannya sudah melanglang terbang menjelajahi semua informasi yang terjadi dan ada dari satu daerah ke daerah lain, dari satu provinsi ke provinsi lain, dan dari satu negara ke negara lain. Akhirnya, anak tersebut menjadi seseorang yang besar dan sukses dikala dewasa.
Dulu sewaktu masih kuliah sarjana, aku selalu bermimpi untuk dapat kuliah diluar negeri. Jika makan saja masih susah, maka tidak ada jalan lain selain dengan mendapatkan beasiswa. Beasiswa keluar negeri ada banyak dan masing-masing beasiswa memiliki persyaratan yang berbeda-beda pula. Disisi lain, otakku tidak terlalu brilliant alias pas-pasan. Selain itu, pengetahunku tentang budaya sangat minim sekali dan kemampuanku dibidang seni hanya sebatas suara dua di grup nasyid waktu SMA. Padahal, kesempatan keluar negeri paling banyak diperuntukkan untuk para pekerja seni, terutama dari pemerintah agar bisa memperkenalkan kebudayaan Indonesia diluar negeri.
Namun, waktu itu aku hanya percaya, pasti ada jalan untuk orang sepertiku keluar negeri. Mulailah, sambil kuliah, kucari dan kukumpulkan semua informasi tentang beasiswa keluar negeri. Bila ada orang yang pernah mendapatkannya, segera kuhubungi mereka dan bertanya tentang semua hal, mulai dari proses seleksi beasiswa tersebut sampai apa yang dilakukannya setelah mendapatkan beasiswa tersebut. Dengan melakukan hal tersebut, aku bisa membuat daftar apa saja yang biasanya menjadi persyaratan para pemberi beasiswa, bagaimana proses seleksi setiap beasiswa sekaligus bagaimana cara untuk dapat melewati setiap tahapnya. Kemudian, hal-hal yang belum aku miliki, misalnya seperti pengalaman pekerjaan, pengalaman organisasi dan prestasi dibidang menulis, segera aku lakukan dan penuhi sembari kuliah sarjana.
Aku lulus sarjana bulan April 2009, dan tepat dibulan Agustusnya aku membaca sebuah pengumuman lowongan beasiswa International Fellowships Program dari Ford Foundation, USA. Ketika membaca pengumuman itu, segurat senyuman terbentuk diwajahku. Kenapa? Karena beasiswa ini termasuk salah satu beasiswa yang masuk didalam daftarku. Aku sudah bertanya-tanya dengan penerima beasiswa ini sebelumnya dan aku sudah mempersiapkan semua hal sejak kuliah. Sehingga, walaupun baru 3 bulan lulus sarjana, aku optimis bisa tetap lulus beasiswa ini karena semua persyaratannya sudah aku siapkan sejak kuliah kemarin. Seperti misalnya, untuk pengalaman pekerjaan, sejak kuliah aku sudah kerja. Untuk publikasi, sejak kuliah aku sudah mati-matian belajar menulis karya ilmiah dan setiap lomba-lomba menulis aku ikuti sampai beberapa lomba ada yang persertanya hanya 3 orang dan aku selalu menjadi juara ketiganya. Begitu juga dibidang organisasi. Alhasil, setelah mengikuti proses seleksinya selama 1 tahun, aku mendapatkan beasiswa tersebut dan sekarang tengah menyelesaikan Masterku di Manchester, Inggris.
Dari dua cerita ini, ada satu hal yang sama terjadi pada si anak penjual koran dan diriku, yaitu kami selalu meng-update diri kami setiap waktunya. Si anak penjual koran meng-update dirinya dengan cara selalu membaca sekilas setiap koran yang dijajakannya, sedangkan aku selalu meng-upgrade diriku dengan semua informasi tentang beasiswa keluar negeri dan cerita-cerita dari orang-orang yang telah mendapatkannya. Ini membekali kami pengetahuan yang pada akhirnya membentuk kemampuan dan kualitas diri yang lebih baik. Tanpa disadari, hal tersebut membuat diri kami mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada dan memahami keadaan. Adakah orang yang akan menjadi pemenang selain orang yang sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan dan memahami semua keadaan yang ada?
Personal Learning Networks
Meng-upgrade diri untuk melejitkan potensi diri sangat bergantung sekali dengan Input yang kita dapatkan. Logikanya, semakin banyak dan bervariasi input yang kita dapatkan setiap waktunya, maka semakin tinggi
dan luas pula kualitas dan pengetahuan yang kita miliki. Kita tidak mungkin bisa memperbaharui diri dengan hal-hal yang sama setiap harinya. Oleh sebab itu, kita harus pandai dan bisa mendapatkan input yang banyak dan bervariasi setiap harinya agar bisa mengembangkan pengetahuan dan kemampuan diri yang akhirnya dapat melejitkan potensi diri kita.
Cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan membangun Personal Learning Networks. Personal Learning Networks yang dimaksud disini adalah kita memiliki jaringan-jaringan yang selalu menyiapkan input untuk diri kita selalu belajar setiap waktunya. Personal Learning Networks ini haruslah dapat mengupdate kita dengan informasi dan pengetahuan yang baru setiap harinya untuk diri kita. Selain itu, mereka juga harus dapat diakses dengan mudah setiap harinya. Tidak memakan waktu yang lama serta efektif dan efisien dalam membantu kita memahami semua kondisi yang ada didunia ini dan membantu kita dalam menyiapkan diri dengan lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Pada dasarnya, konsep Personal Learning Networks adalah tentang bagaimana kita bisa mengakses dan menguasai semua informasi yang ada setiap harinya. Tidak sedikit orang-orang yang berkata bahwa orang yang bisa sukses didunia sekarang ini adalah mereka yang menguasai informasi. Kaki boleh hanya melangkah beberapa meter saja, tetapi pikiran bisa terbang ketempat yang jauh yang tidak bisa dicapai dengan kaki belaka. Seperti kata Imam Syafi’I,” Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaknya menuntut ilmu & barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaknya ia menuntut ilmu”.
Membangun Personal Learning Networks
Cara yang paling mudah untuk membangun Personal Learning Networks adalah dengan memanfaatkan media Social Networks. Media yang paling powerful dan memenuhi kriteria untuk digunakan membangun
[caption id="attachment_203226" align="alignleft" width="300" caption="Tampilan Twitter di Blackberry"]
Penggunaan twitter sebagai Personal Learning Networks akan sangat efektif disaat kita menggunakan smarphone, seperti misalnya Blackberry. Karena kita bisa mengakses twitter dimana saja dan kapan saja. Disaat kita sedang menunggu pesanan makanan kita datang misalnya, kita buka twitter. Dengan meng-scroll down tombol, kita bisa membaca semua tweets terbaru dari orang-orang atau media yang kita follow. Hanya beberapa menit membuka twitter dan membaca tweets terbaru, tanpa disadari pengetahuan kita sudah ter-update dengan sendirinya. Disaat kita membaca tweets berita menarik, kita tinggal mengklik linknya, kemudian terbukalah halamannya. Kitapun bisa membacanya saat itu juga.
Namun, keefektifan dan keefisienan penggunaan twitter untuk membangun Personal Learning Networks sangat bergantung dengan “Siapa yang kita ikuti atau follow”. Oleh sebab itu, berikut ini ada beberapa tips yang bisa kita lakukan dalam menjadikan twitter untuk membangun Personal Learning Networks.
1.Pastikan kita men-follow orang atau media yang bisa meng-update kita dengan informasi yang terbaru dan sesuai dengan minat dan bidang kita setiap harinya. Kita bisa men-search media, misalnya kompas, seputar Indonesia atau beasiswa, misalnya dikti, scholarship info, dan lain sebagainya dibagian search di twitter kemudian menfollownya.
2.Bila kita memiliki teman yang banyak di twitter dan tweets-nya banyak yang tidak jelas serta kurang bermanfaat untuk diri kita, usahakan memiliki satu account twitter lainnya yang khusus disiapkan untuk mengakses update informasi.
3.Usahakan kartu sim yang kita gunakan dapat diandalkan dari segi internet connection karena itu akan bermanfaat disaat kita tertarik dengan tweets tertentu dan mengklik linknya. Internet connection yang kuat dapat menghemat waktu kita. Kitapun bisa meng-skip informasi yang tidak dibutuhkan dengan cepat.
4.Bangun komunikasi dengan orang-orang atau media yang kita follow dengan cara me-retweet tweets mereka atau me-replynya. Walaupun kadang mereka tidak memberika respon langsung, mereka sebenarnya sangat mengapresiasi hal yang kita lakukan itu. Apalagi kalau mereka membalas tindakan kita tersebut, kita sudah membangun jaringan dengan mereka secara tidak langsung. Bayangkan saja kalau misalnya kita menfollow seorang menteri dan kemudian kita me-reply tweetsnya dan dibalasnya. Kapan lagi kita bisa ngobrol dengan menteri, hee…
So, tunggu apa lagi, ayo bangun Personal Learning Networks agardiri kita terus ter-update dan potensi diri kita terus melejit, semangatttt !!! :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H