Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK | A PhD student at Lehigh University, Penn, USA. Blog: sdsafadg.wordpress.com. Twitter @01_budi. PIN BBM: 51410A7E

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harga Sebuah Pencapaian..

4 Oktober 2015   12:41 Diperbarui: 4 Oktober 2015   13:31 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Water Gap, Delaware"][/caption]Selepas menunaikan shalat subuh, lihat keluar jendela, pepohonan di luar sana masih melambai dihembus angin musim gugur. Sejak memasuki bulan Oktober, temperatur mulai turun, cuaca mulai terasa dingin berangin yang terkadang diiringi rintik hujan. Dedaunan maple sudah mulai berubah warna kemerahan, pertanda musim gugur sudah mulai berjalan. Setiap kali bertemu teman di kampus atau dengar percakapan di dalam bus, topik tentang apa yang akan dilakukan disaat pacing break nanti selalu hinggap ditelinga. Pacing break merupakan hari libur di musim gugur, jatuh pada tanggal 12 dan 13 Oktober ini di kalender kampus. Di Amerika, libur berarti libur, jauhkan diri dari studi. Karena ketika studi dimulai, siang malam akan dipaksa belajar. 

Sejak pulang kembali ke Amerika tanggal 9 September lalu, pikiran saya masih belum terlalu klop dengan perkuliahan, ditambah lagi sudah ketinggalan dua pertemuan di setiap mata kuliah yang diambil. Namun, akademik selalu bisa ditebak dan bisa diatasi dengan rajin mengulang dan membaca. Saya tidak terlalu pusing dengan persoalan kuliah, tapi entah mengapa pikiran saya terasa tersangkut sesuatu, tidak ikut bersama saya ke negeri Paman Sam ini. Tahu hal apa yang selalu saya takuti? Saya selalu ingat cerita tentang Paman Nabi Muhammad, yaitu Abu Thalib. Beliau membesarkan dan melindungi Nabi dengan sepenuh hati, tetapi menolak untuk memeluk Islam. Sampai ketika Abu Thalib meninggal dunia, Nabi berdo'a agar Allah mau mengampuni dosa pamannya, dan Allah menjawab do'a Nabi dengan memberikan hukuman teringan dalam api neraka - memakai terompa yang terbuat dari apai neraka, yang bila dipakai, sakitnya terasa sampai ke ubun-ubun. 

Dari cerita Nabi ini, saya selalu berpikir bahwa ujian terberat yang akan dihadapi seseorang dalam perjalanan hidupnya akan datang dari orang terdekat, khususnya keluarga. Banyak cerita kita dengar dimana seseorang berhasil melewati sebuah ujian yang berat karena mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat. Tidak sedikit juga kita dengar cerita orang-orang sukses yang akhirnya hancur karena ulah orang terdekatnya. Saya pribadi lebih memilih pergi ke sebuah medan peperangan melawan orang yang tidak ada kaitan darah sama sekali, ketimbang dipaksa berkelahi dengan orang-orang terdekat yang dicintai.  Namun, kita tidak pernah tahu rencana Tuhan; bila Dia mencintai seorang hamba, Dia akan mengujinya.

Jarum jam terus berjalan, pukul 13.45 saya bergegas berangkat turun dari aprtemen menuju Halte bus. Hari ini saya harus pergi ke Walmart untuk mengembalikan Wifi Range Extender yang saya beli minggu lalu. Karena tidak bekerja sesuai harapan, device ini mau saya kembalikan lagi. Enaknya menjadi konsumen di Amerika adalah kita punya hak untuk mengembalikan barang yang sudah di beli dalam kurun waktu 2 minggu sampai 90 hari dari waktu pembelian. Asalkan receipt pembelian masih ada, barang bisa dikembalikan dan uang pasti kembali. Selang beberapa menit, bus yang dinantipun tiba. Setiap akhir pekan ada bus gratis yang disiapkan kampus untuk mahasiswa yang ingin berjalan ke Mall, Cinema, atau ke tempat belanja seperti Walmart. 

Duduk di dalam bus, saya mengamati para penumpang yang masuk satu per satu melalui kaca jendela. Bus berjalan menuju lower campus, penumpang yang sudah menunggu di halte bus terlihat melimpah, hingga dua orang penumpang tidak kebagian kursi. Kemana pun mata memandang, mau saat studi di Inggris lalu atau di Amerika sekarang, rasanya akan selalu melihat orang Cina, atau setidaknya CBA alias Chinese Born American. Satu orang dari mereka duduk di samping saya. Angin masih berhembus dingin di luar sana; untungnya, pemanas hidup di dalam bus. Perlahan mulai berjalan, satu persatu pemandangan kota Bethlehem di putar seperti film yang dinikmati dari balik kaca jendela.

Hidup sebagai mahasiswa Internasional di luar negeri harus bisa memilah apa yang harus dipikirkan sekarang dan perasaan apa yang harus diabaikan bila tidak mau hanyut dalam drama tak menentu. Saya aktif membantu dan memberikan nasehat untuk teman-teman yang sedang berjuang untuk bisa studi ke luar negeri dengan beasiswa. Berbagai keluhan dan curhat dari teman-teman ini sudah banyak masuk ke inbox social media saya. Terkadang, saya seperti merasa dianggap sebagai orang yang tahu semua hal dan nasehat saya selalu ditunggu-tunggu bak sebuah mantra yang akan segera menyulut bara api semangat dan menyelesaikan masalah yang sedang dirisaukan orang tersebut. Padahal, di dunia ini tidak ada orang yang sempurna; yang ada, Tuhan menutupi aib dan keburukkan kita, hingga tampak sempurna di mata manusia lainnya.

Selama perjalanan menuju Walmart hingga pulang kembali ke Apartemen di Saucon Village, pikiran saya masih terbang mengawang entah kemana. Hati kecil saya berdetik, apa benar mereka yang sukses meraih lebih harus selalu menderita lebih juga dibandingkan dengan orang lain? Teringat kisah-kisah orang Pinggiran di salah satu channel TV di Indonesia, mereka terlihat hidup lebih sulit dari orang lain, tetapi kenapa tidak mendapatkan sesuatu yang lebih pula? Kita hidup bersama masalah dan setelah hidup pun akan menghadapi masalah lainnya. Terlihat, bagaikan mata rantai tak berujung; berpindah dari satu fase ke fase lainnya.. tanpa ujung. Hari ini tertawa, besok menangis; sekarang menang, besok kalah; detik ini sukses, beberapa jam lagi mengeyam kegagalan.. terus bergulir mengikuti apa maunya kita, tetapi hanya dengan restu Ilahi keinginan itu bisa terjadi.

Ah.. untuk saat ini, saya hanya bisa berkata, percaya atau tidak, selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pencapaian, tapi yang terberat dari semuanya adalah ketika harga yang harus dibayar itu bersinggungan dengan keluarga dan orang terdekat yang sangat dicintai.. Siapkan diri, walau sudah pasti kau tak akan menyukainya...

– – – – – – – – – – –

Budi Waluyo | BBM 51410A7E | Line ID: sdsafadg | Twitter @01_budi | Instagram: sdsafadg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun