Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK | A PhD student at Lehigh University, Penn, USA. Blog: sdsafadg.wordpress.com. Twitter @01_budi. PIN BBM: 51410A7E

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

4th of July, Menikmati Berbuka di Sisi Hudson River dan Brooklyn Bridge

7 Juli 2014   06:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:12 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu persatu New Yorker dan para pendatang mulai memadati Wall ST, sebuah jalan menanjak yang terletak disisi Hudson River. Rosalin, seorang teman dari Panama, memberitahu kalau sekarang masih jam tujuh malam. Masih harus menunggu 2 jam lagi. Kulihat ke belakang, terlihat ratusan anak manusia dengan bentuk rupa berbeda bermunculan. Wajah mereka menunjukkan asal negara, mulai dari tipikal Asia, Afrika, Latin Amerika, sampai Amerika sendiri. Sepertinya, perayaan hari ini bukan hanya milik New Yorker saja, walaupun dipusatkan di Kota New York.

Di seberang Hudson River adalah City of Brooklyn. Beberapa gedung berwarna coklat dan putih bergaya modern dan beratistik tua berjejer disepanjang sisi sungai ini. Meskipun dipisahkan oleh sungai, aku bisa melihat jalan disisi sungai City of Brooklyn sudah dipadati banyak orang juga. Kami hanya dipisahkan oleh Hudson River, dan diujung jalan disatukan oleh sebuah jembatan megah nan tua bernama Brooklyn Bridge.

Berbagai mobil keamanan New York City diparkir disisi jalan Wall ST. Kami harus terus berjalan ke ujung mendekati Brooklyn Bridge. Para polisi New York yang tergabung dalam NYPD mengawal jalannya antrian. Sekali-sekali kami berhenti dan duduk dijalan yang bersemen, kemudian berdiri kembali ketika petugas NYPD meminta untuk berdiri. Lelah sangat, dan sekarang masih jam tujuh. Bisa dibayangkan betapa lelahnya berdiri sampai jam 9 malam nanti. Namun, aku tak menangkap wajah-wajah keluh kesah dari setiap orang yang menapaki jalan ini. Sepertinya, mereka sadar kalau sesuatu yang akan mereka saksikan di atas Brooklyn Bridge dan ditengah-tengah Hudson River ini adalah hal yang pantas untuk disaksikan, bak sebuah momen yang hanya terjadi sekali seumur hidup, once in lifetime.

Shinu, teman dari India, menegurku,

“Are you OK, Budi? You must be very hungry right now.”

“What can I say? It’s not time to break my fast.

“Yeach.. I understand. This is New York after all, so crowded. And we come here to celebrate your birthday.. You must be proud.”

Senyum manis terbentuk di wajah Shinu.Tak ada hal lain yang bisa kukatakan selain membalasnya dengan senyuman juga. Inilah kisah Ramadhanku selanjutnya, berangkat ke New York hanya untuk merayakan hari ulang tahunku… dan Amerika, on the 4th of July.

[caption id="attachment_332312" align="aligncenter" width="512" caption="Fotoku bersama bendera Amerika di Rockefeller Center"][/caption]

***

Impian untuk merayakan ulang tahun di Amerika sudah kupendam sejak kecil. Impian itu muncul ketika pertama kali seorang teman atau guru, aku tak ingat lagi, memberitahu kalau tanggal kelahiranku, 4 Juli, merupakan hari kemerdekaan Amerika. Saat itu aku merasa sangat germbira sekali, semangatku berkobar, seakan aku merasa telah berhasil melihat sedikit masa depan dari hidupku; aku merasa telah ditakdirkan bakal berangkat ke negeri Paman Sam untuk merayakan ulang tahun.

Bisa dikatakan, impian ini yang selalu kubawa kemana-mana dan menjadi sumbu pemicu semangatku mengejar beasiswa studi ke luar negeri. Di tahun 2010, aku lulus beasiswa International Fellowships Program, Ford Fundation, USA. Beasiswa ini bersedia memfasilitasiku untuk melanjutkan studi S2 di negara manapun yang kumau, seperti ke Eropa, United Kingdom, Australia, dan Amerika. Waktu itu langsung kuputuskan untuk pergi ke Amerika. Semua pintu ke negara lain kututup, bahkan berbagai presentasi dari perwakilan universitas-universitas di Eropa dan UK tak kulirik sama sekali. Sayangnya, sebuah perubahan besar terjadi di hari-hari terakhir aplikasi lamaran universitasku akan dikirimkan.

Setelah browsing dan bertanya sana-sini tentang program studi di Amerika, aku menemukan kalau program studi yang kutuju tidak ada di Amerika. Aku ingin mengambil dua program yang diintegrasikan menjadi satu program studi, sedangkan universitas-universitas di Amerika hanya menyediakan salah satu program saja. Akhirnya, dengan berat hati kupalingkan diri dari Amerika dan memilih untuk melanjutkan studi di United Kingdom.

Aku tidak melihat hal itu sebagai kegagalan, melainkan sebuah kesempatan yang tertunda. Kujalani studi S2 di Manchester, UK dan menargetkan melamar beasiswa S3 setelah lulus. Memang benar, skenario Tuhan itu selalu lebih baik dari rencana manusia. Setelah lulus S2, aku mendapatkan beasiswa Fulbright Presidential Scholarship untuk PhD ke Amerika. Sekarang, aku sudah berada di negeri Paman Sam, bersiap untuk menuntaskan impian waktu kecil; merayakan ulang tahun di New York City.

***

Aku melihat ke arah Daniel, teman asal Republik Dominika, mulutnya tak hentinya mengunyah makanan. Pagi tadi saat bus kami sampai di terminal dekat Time Square, kami berhenti sejenak di Bryant Park New York dan dia mulai menyantap bekal sarapan yang dibawa dari rumah. Beberapa jam kemudian, kami sampai di China Town dan dia mulai menyantap makan siangnya di sebuah restoran Vietnam sekaligus membeli roti dan snack lainnya untuk dimakan di jalan. Dikala antri memasuki kapal Ferry menuju Staten Island, dia singgah ke sebuah café kecil dan keluar dengan sebuah roti besar di tangan. Barusan dia kembali dari Restroom dan ditangannya sudah ada sebungkus roti lagi. Ah.. sangat berbeda sekali dengan diriku yang tak bisa makan apa-apa, karena sedang berpuasa.

Tersenyum, itulah yang bisa kutunjukkan pada tiga temanku ini. Puasa hari ke enam ini cukup terasa sekali lelahnya. Perjalanan 3 jam ke New York dengan bus di pagi hari cukup terasa menantang, harus menahan rasa kantuk. Di New York sendiri berbagai makanan menggiurkan terpajang di setiap tempat rekreasi, seperti di Central Park dan Hudson River. Yang sedikit mengejutkan adalah tidak sulit menemukan Halal Food disepanjang jalan yang dikreasikan dalam bentuk makanan Amerika, seperti Hamburger atau makanan khas Arab seperti Kebab. Andai di Bethlehem semudah ini mendapatkan makanan halal, gerutuku dalam hati.

Kami terus melanjutkan perjalanan mendekati Brooklyn Bridge. Aku sudah membeli sebuah Hot Dog terbuat dari daging sapi halal tadi dijalan sebagai bekalku berbuka nanti sambil menyaksikan Fireworks perayaan Kemerdekaan Amerika yang akan dipertunjukkan di atas Brooklyn Bridge dan Hudson River. Iya, inilah perjalanan penutupku hari ini tanggal 4 Juli di New York, menyaksikan Fireworks bersama ratusan orang di New York. Walaupun jauh dari keluarga dan teman, kunikmati momen ini sebagai perayaan ulang tahun yang kuimpikan sejak kecil; merayakannya bersama-sama orang-orang di Amerika.

[caption id="attachment_332313" align="aligncenter" width="512" caption="Brooklyn Bridge"]

1404664262910728715
1404664262910728715
[/caption]

[caption id="attachment_332314" align="aligncenter" width="512" caption="Pemandangan diseberang Hudson River - City of Brooklyn"]

14046643301706723337
14046643301706723337
[/caption]

Enam Helikopter mulai berdatangan mendekati Brooklyn Bridge. Suara sorak orang-orang mulai bersahutan. Dua buah kapal besar mulai muncul dan menyeburkan air mancur berwarna bendera Amerika: Merah, Putih dan Biru. Matahari mulai tenggelam, dan kegelapan mulai menyelimuti. Ketiga temanku bersorak gembira saat mengetahui jam sudah menunjukkan pukul 08.36, waktunya untukku berbuka. Tanpa beduk ataupun Adzan sebagai tanda. Rosalin dan Shinu merasa iba melihat diriku yang tak makan apa-apa seharian, tapi mereka sangat menghormati kepercayaan yang kujalani.

[caption id="attachment_332315" align="aligncenter" width="512" caption="Foto salah satu kapal yang menyemburkan air mancur"]

14046644941223938494
14046644941223938494
[/caption]

Suara letupan kembang api mulai bersahutan. Langit malam New York City mulai menjadi sebuah kanvas. Butiran-butiran kembang api berwarna hijau, biru, merah dan kuning menghiasi kanvas alami ciptaan Tuhan itu. Setiap Fireworks yang disemburkan membentuk pola-pola unik dan mengesankan, berhamburan bagaikan sebuah bunga mawar yang bermekaran kemudian menghilang berganti percikan - percikan cat air di atas kanvas kertas.

Seumur hidup, aku tak pernah merayakan pesta ulang tahun. Tapi, rasanya ini bagaikan sebuah pesta ulang tahun, bahkan lebih besar dari itu. Setiap butiran kembang api yang jatuh menitik ke atas Hudson River melambangkan berbagai harapan yang harus kuwujudkan satu persatu. Lebih dari itu, ini terjadi di bulan suci Ramadhan.

Terima kasih Tuhan. Skenario-Mu memang lebih baik dari rencana hidupku.

***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun