[caption id="attachment_336755" align="aligncenter" width="640" caption="Salah seorang perempuan Amish yang menjadi pelayan di The Dutch Eating Place sedang melayani pelanggan, sumber: Koleksi Pribadi"][/caption]
Kulihat perempuan itu dengan cekatan menghampiri satu persatu pelanggan yang duduk menggantikan pelanggan yang lain. Posisi tempat makan yang dihadapinya melingkar mengelilingi dirinya. Wajahnya putih dengan rambut pirang yang ditutupi topi kain bertali. Matanya cerah, dan setiap kali tersenyum, kelopak matanya menyipit persis bentuk bulan sabit menjelang purnama. Dia terlihat alami, tanpa polesan kosmetik sedikitpun, karena dalam masyarakat tempatnya hidup tidak mengenal listrik, tidak menggunakan alat-alat elektronik, ataupun menggunakan kendaraan bermesin. Melihat sosok perempuan ini, aku jadi teringat dengan film-film Amerika tahun 1980-an.
Aku dan ketiga temanku masih berdiri didalam antrian menunggu giliran tempat duduk. Terminal pemberhentian bus Bieber yang kami tumpangi tadi tak jauh dari Reading Terminal Market; tempat berbagai toko, supermarket, café dan restauran berkumpul. Rosalin, seorang teman dari Panama, sudah dua kali datang ke kota ini dan langsung membawa kami ke salah satu tempat makan favoritnya; ‘The Dutch Eating Place’, sebuah tempat makan yang menyajikan makanan khas orang Amish yang dimasak secara tradisional. Tidak sulit mencari tempat makan ini; dari luar antrian panjang pelanggan sudah bisa terlihat sebagai tanda kalau tempat makan ini sudah cukup terkenal rasanya dan harganya cukup terjangkau untuk kantong mahasiswa.
[caption id="attachment_336754" align="aligncenter" width="640" caption="Pemandangan Skycrapper di Philadelphia dari Rocky Steps, sumber: Koleksi Pribadi"]
Di meja yag lain kulihat perempuan satu lagi dengan gaya berpakaian yang tak jauh berbeda dari yang kulihat tadi. Mereka adalah perempuan Amish yang menjadi pelayan di tempat makan ini. Wajah mereka sangat kontras sekali dengan wajah-wajah perempuan Amerika masa sekarang. Perempuan Amish masih menjunjung nilai-nilai tradisional, baik dari segi berpakaian maupun berdandan; terkadang ini membuat mereka dikatakan sebagai masyarakat primitif. Namun, disisi lain, masyarakat Amish menjadi daya tarik tersendiri bagi turis-turis di Amerika yang ingin melihat satu sisi kehidupan yang berbeda dari kehidupan glamor orang-orang Amerika di kota-kota besar, seperti New York dan Las Vegas.
“Four people?”
“Please…”
Akhirnya, setelah 15 menit berdiri dalam antrian, perempuan Amish itu menemukan tempat duduk yang kosong untuk kami berempat, dan sekarang giliran kami mengisi perut yang sudah kosong.
***
Perjalananku kali ini mengunjungi salah satu kota bersejarah dalam Revolusi Amerika dan perjuangan orang-orang Amerika dalam meraih kemerdekaannya dari Britania Raya, yaitu Philadelphia. America’s Liberty Bell masih tersimpan baik di kota ini. Salah satu film Hollywood, National Treasure, pernah mengambil tempat ini sebagai salah satu lokasi shooting bersama dengan Independence Hall yang berada diseberang jalan. Dahulu, Philadelphia juga pernah dianggap sebagai salah satu ibukota Amerika sebelum Washington, DC.
[caption id="attachment_336756" align="aligncenter" width="640" caption="America"]
[caption id="attachment_336757" align="aligncenter" width="640" caption="Independence Hall, sumber: Koleksi Pribadi"]
Kota ini diidentikan dengan kata “cinta”. Selain karena arti nama Philadelphia mengandung arti cinta dari bahasa Yunani, ada salah satu seniman yang membuat ukiran kata cinta dan dipajang di pusat kota. Setiap turis yang datang pasti tidak akan melewatkan berfoto dibawah kata cinta ini walaupun harus mau bersabar berdiri di antrian yang cukup panjang. Selain itu, ada dua patung terkenal yang terdapat dikota ini: Thinker Statue dan Rocky Statue. Bagi yang suka dengan filosofi atau hal-hal yang berkaitan dengan pemikiran, pasti pernah melihat gambar Thinker Statue, dan bagi penggemar Sylvester Stallone, pasti pernah menonton film Rocky yang merupakan salah satu film tersukses Sylvester selain Rambo.
[caption id="attachment_336758" align="aligncenter" width="640" caption="Ukiran Kata Cinta yang terdapat di Kota Philadelphia, sumber: Koleksi Pribadi"]
[caption id="attachment_336762" align="aligncenter" width="601" caption="Thinker Statue, sumber: Koleksi Pribadi"]
[caption id="attachment_336764" align="aligncenter" width="601" caption="Rocky Statue, Sumber: Koleksi Pribadi"]
Philadelphia juga merupakan kota tempat tinggal Benjamin Franklin, salah satu Founding Fathers of the United States. Museum tentang Benjamin Franklin dan the Franklin Institute bisa ditemukan dengan mudah di jalan-jalan yang dipasang bendera berbagai negara. Philly, nama kecil dari Philadelphia, merupakan kota kelima terpadat di Amerika dan menempati posisi keenam sebagai kota yang masuk kategori Metropolitan. Oleh sebab itu, tak heran kalau kota ini memiliki beberapa gedung-gedung tinggi dengan desain hampir sama dengan gedung-gedung di New York. Bisa dikatakan, dalam hal sejarah, Philly menawarkan pesona masa lalu perjuangan kemerdekaan Amerika; di masa sekarang, Philly berkembang menjadi salah satu kota yang menawarkan masa depan bagi para pebisnis dan pekerja.
Bagi para turis, ada beberapa pilihan kendaraan untuk mengeksplorasi suasana sekitar kota Philadelphia, seperti Independence Carriage (kereta delman), Ride the Ducks (sebuah bus mini), Sightseeing Bus Tour, sepeda, atau yang gratis jalan kaki. Tidak sulit mencari tempat-tempat pariwisata di Philadelphia. Cukup berbekal satu peta yang bisa didapatkan secara online, turis bisa mengunjungi beberapa tempat wisata dalam waktu satu hari. Lokasi tempat wisata seperti America’s Liberty Bell, Independence Hall, Thinker Statue, Rocky Statue dan lain-lain bisa dijangkau dengan berjalan kaki, setidaknya itu yang kulakukan bersama tiga orang temanku hari ini.
[caption id="attachment_336761" align="aligncenter" width="640" caption="Independence Carriage, sumber: Koleksi Pribadi"]
***
Kulihat lagi perempuan Amish itu; kucoba mendengarkan percakapannya dengan pelanggan yang lain. Bahasa Inggrisnya terdengar halus dan enak ditelinga. Pikiranku tiba-tiba membayangkan bagaimana jika orang-orang Amerika diluar sana hidup dengan gaya orang-orang Amish; mungkin terlihat aneh, tapi bisa jadi asik juga melihat kehidupan masa lalu di masa sekarang. Satu porsi Beef barbeque dan french Fries selesai kulahap sambil mata memandang setiap sudut tempat makan ini. Lalu, mataku menangkap satu baju kaos oblong lusuh tergantung di dinding bertuliskan…
“Start Your Day… The Amish Way”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H