ASAL MULA NAMA
KAMPUNG ADAT MALERE DAN KAMPUNG ADAT WELABA
(KDOWALINA NGARAN UMMA PARONA)
Pada zaman dahulu asal mula nama-nama kampung besar atau istilah dalam bahasa kodi umma parona, pada waktu itu ada seorang bapak memiliki dua anak laki-laki, pekerjaan mereka adalah menggembalakan ternak di padang. Ketika mereka sudah beranjak dewasa, kedua anaknya mulai membangun sebuah rumah kecil di padang, setiap hari mereka pergi menggembalakan ternak, bahkan sampai sehari semalam mereka tidak pulang dari padang, lalu mereka meminta izin dari ayah mereka untuk tinggal di rumah kecil yang sudah mereka buat di padang kemudian ayah mereka menyutujui apa yang disampaikan oleh kedua anaknya, karena pada zaman itu lahan sangat luas dan orang yang tinggal belum begitu banyak, kemudian mereka mulai membangun rumah masing-masing sebagai tempat untuk bernaung ketika mereka menggembalakan ternak di padang. Jadi setiap pagi mereka pergi menggembalakan ternak di padang sampai malam lalu mereka sampai ketiduran, keesokan harinya ayahnya bertanya kepada mereka kenapa kalian sampai pagi baru pulang dari menggembalakan ternak lalu jawab mereka: di sana sangat nyaman untuk kami tinggal. Lalu jawab ayah mereka kalau begitu buat lagi rumah yang lebih besar dan kalian boleh tinggal di sana lalu mereka mulai membangun rumah masing-masing (rumah adat) lalu mereka mulai tinggal di rumah mereka masing-masing.
Lama-kelamaan mereka mulai berunding lagi untuk memberikan nama rumah adat masing-masing atau yang disebut Umma Parona maka mulailah mereka memberi nama kampung adat  masing-masing yaitu rumah adat Malere dan rumah adat Welaba di antara kedua nama kampung adat yang diberi nama ini, mereka bersaudara kandung hanya yang membedakan nama kampung adat sehingga menurut tradisi di Kodi di antara ke dua kampung ini yaitu Kampung adat Malere dan kampung adat Welaba tidak diperbolehkan untuk menikah secara adat karena masih di anggap bersaudara.
Pada awalnya kenapa diberi nama kampung adat Malere yaitu berdasarkan persetujuan dari satu keluarga sehingga di sahkan nama kampung adat tersebut atau istilah dalam bahasa kodi "Umma Parona". Dan untuk mengesahkan nama kampung adat tersebut harus ada hewan yang dikorbankan seperti babi, kerbau, sapi dan lain sebagainya atau dari kesepakatan bersama, sebagai tanda bahwa nama kampung adat tersebut sudah disepakati bersama atau disahkan. Begitu juga dengan nama kampung Welaba istilah Welaba kalau diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia yaitu pinang, pada waktu itu kebetulan ada pohon pinang sehingga di beri nama kampung adat Welaba, dari nama-nama kampung adat tersebut hingga saat ini turun temurun kampung adat Malere dan kampung adat Welaba masih ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H