Minarti Ruth Adisya- Corona Virus Disease 2019 atau yang dikenal sebagai Covid-19 (Virus Corona) merupakan pandemi yang sedang terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Covid-19 tidak hanya memiliki dampak pada bidang kesehatan saja, tetapi yang terjadi di Indonesia juga berdampak pada beberapa bidang lainnya, yaitu bidang ekonomi, bidang pariwisata, bidang sosial budaya, bidang manufaktur terkhususnya supply chain. Tentunya ini sangat berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Data statistik WorldWide by Google menunjukkan setiap harinya Indonesia terus mengalami peningkatan dalam kasus Covid-19 ini. Tercatat pada Minggu, 26 April 2020, kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 8,607 dinyatakan positif, 1,042 dinyatakan sembuh, dan 720 dinyatakan meninggal dunia, hal ini di luar dari orang-orang yang berstatus ODP (Orang Dalam Pemantauan) dan PDP (Pasien Dengan Pengawasan). Sesuai dengan data statistik 50% dari orang yang dinyatakan postifi adalah berasal dari Ibukota DKI Jakarta, diikuti dengan Jawa Barat, Jawa Timur, dan kemudian Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwasanya pusat perekonomian Indonesia, yakni Ibukota negara sedang diguncang.
Bertambahnya kasus Corona setiap harinya membuat masyarakat semakin takut dan khawatir, terutama bagi mereka yang berada di zona merah Covid-19. Langkah awal yang dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus Corona adalah melakukan Social Distancing atau tidak melakukan perkumpulan sosial. Social distancing ini diterapkan dengan melakukan kebijakan WFH (work form home) dan study from home. Ketika itu, pemerintah hanya memberlakukan untuk bidang-bidang tertentu. Tetapi, langkah tersebut tidak mempengaruhi kasus Covid-19, justru kasus semakin banyak. hingga, akhirnya presiden harus melakukan kebijakan dan program yang lebih besar yaitu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Hal ini memang tidak di wajibkan untuk semua wilayah, tetapi diprioritaskan untuk wilayah yang susah berstatus zona merah Covid-19 dan juga memberikan keputusan pelaksanaan kebijakan tersebut kepada kepala daerah setiap wilayah bagi yang tidak berstatus zona merah. Kini, presiden juga mengeluarkan kebijakan untuk menutup atau memberhentikan sementara operasional beberapa bidang di luar bidang kesehatan, pangan, dan penyedia APD, maka beberapa perusahaan mengalami gangguan pada manajemen transportasi dan logistik akibat pemberhentian sementara. Sebab, terjadi bebrapa kendala dalam hal pendistribusian baik bahan baku dan komponen produk maupun barang jadi yang didistribusikan kepada supplier maupun konsumen langsung. Itu artinya, kendala terjadi pada moda transportation pada manajemen transportasi dan logistik. Â Sebelum adanya kebijakan pemerintah ini, sebenarnya moda transportation pada manajemen transportasi dan logistik sudah terkena dampak Covid-19 jauh sebelum Indonesia dinyatakan terkena Covid-19. Hal itu dikarenakan, Covid-19 sendiri berasal dari Wuhan, China yang mana menjadi negara impor terbesar untuk bahan baku dan berbagai komponen maupun kebutuhan sehari-hari di Indonesia. Ketika, China mengalami krisis dan penutupan operasional di bidang manufaktur, imbasnya begitu terasa di Indonesia. Terutama di bidang supply chain management untuk perusahaan manufaktur. Padahal seperti diketahui, bahwasanya efisiensi adalah suatu hal yang penting dalam manajemen transportasi dan logistik pada sistem perdagangan ekspor dan impor yang memungkinkan tercapainya pengembangan moda transportation itu penting.
  Â
Moda transportation memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Salah satunya mendukung ketepatan waktu karena mencerminkan seberapa tepat dan cepat memindahkan produk dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ini ditujukan sebagai time in transit dalam pengangkutan (waktu pendistribusian produk/jasa) serta ketepatan jasa. Jika suatu produk tidak tersedia saat dibutuhkan akan terjadi kerugian dalam jumlah yang besar, seperti ketidakpuasan konsumen, kehilangan penjualan, keterlambatan produksi, hingga kehilangan kepercayaan dari pelaggan. Maka dari itu perlu adanya tinjauan lebih dalam terhadap dampak Covid-19 terhadap moda transportation di Indonesia yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat.
Apa itu Covid-19 ?
Coronavirus disease 2019 atau yang disingkat COVID-19 adalah penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Apabila diderita oleh manusia, biasanya akan mengalami gejala seperti demam tinggi, batuk, dan mengalami kesulitan bernafas atau merasa sesak nafas yang disertai dengan sakit tenggorokan, pilek, dan bersin-bersin. Pada penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan atau disebut sebagai komplikasi.  Penyakit ini menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk atau bersih atau bahkan ketika berbicara tanpa disadari. Waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis berkisar antara 1–14 hari dengan rata-rata 5 hari. Metode standar diagnosis adalah uji reaksi berantai polimerase transkripsi-balik (rRT-PCR) dari usap nasofaring atau sampel dahak dengan hasil dalam beberapa jam hingga 2 hari. Pemeriksaan antibodi dari sampel serum darah juga dapat digunakan dengan hasil dalam beberapa hari. Penyakit ini juga dapat didiagnosis dari kombinasi gejala, faktor risiko, dan pemindaian tomografi terkomputasi pada dada yang menunjukkan gejala pneumonia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan kepada orang-orang yang menduga bahwa mereka telah terinfeksi untuk memakai masker bedah dan mencari nasihat medis dengan memanggil dokter dan tidak langsung mengunjungi klinik. Masker juga direkomendasikan bagi mereka yang merawat seseorang yang diduga terinfeksi tetapi tidak untuk digunakan masyarakat umum. Selain itu, Kementrian kesehatan juga mengimbau seluruh masyarakat untuk melakukan physical distancing atau tidak bersentuhan dengan manusia lainnya dan juga melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dibeberapa wilayah guna mengantisipasi pergerakaan berlebihan perlu adanya Manajemen Transportasi.Â
Apa itu Moda Transportation?
Moda tranportasi biasanya lebih dikenal dengan sebutan alat tranportasi atau sarana yang digunakan untuk memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain yang dituju. Seperti diketahui, pada umumnya terdapat 6 jenis moda tranportasi yaitu truk, kapal, pesawat, kereta api, pipeline/pipa, dan package carriers. Masing-masing dari moda transportasi tersebut memiliki kemampuan dan kapasitas tersendiri dalam melakukan tugasnya untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam dunia supply chain management, moda tranportation biasanya digunakan untuk mendistribusikan barang dari supplier kepada perusahaan yang dituju. Maka dari itu, perlu adanya manajemen yang baik dalam hal pendistribusian dan logistik terhadap inventry ke dua pihak yaitu supplier dan perusahaan. Ada beberapa hal yang diperhatikan ketika ingin memilih moda tranportasi yang hendak digunakan.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah, mengidentifikasi lokasi yang hendak dituju, untuk melihat rute dan perjalanan yang akan ditempuh dan kondisi jalan yang akan dilalui demi menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta kualitas barang yang hendak diantarkan, selain itu juga agar dapat menemukan alternatif lain dalam menentukan jalan yang akan ditempuh. Kemudian langkah kedua, mengidentifikasi kemampuan dan kapasitas moda transportasi yang sesuai dengan lokasi dan zona tujuan hal ini juga demi menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta demi menjaga kualitas barang yang akan diantarkan. Langkah terakhir, yaitu dapat mengestimasikan biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses distribusi barang agar alir rantai pasok tidak terganggu dan tetap terjaga kualitas dan keoptimalannya.
Dengan tetap terjaganya K3 dan kualitas barang selama masa pendistribusian menggunakan moda transportasi, pihak yang akan merasakan hasilnya adalah masyarakat yang bukan lain adalah pelanggan atau konsumen. Manajemen tranportasi dan logistik yang baik dan tepat akan menghasilkan kualitas barang yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan begitu akan semakin meningkatkan keuntungan atau profit dan akan berdampak pada jumlah permintaan.
Hubungan Covid-19 dengan Moda Tranportastion yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat :
Dampak dari Covid-19 di Indonesia sangat beragam, semua bidang terkena dampaknya. Terutama pada bidang ekonomi dan manufaktur. Perekonomian Indonesia mengalami gangguan, dengan bermasalahnya kasus ekspor dan impor, terutama dengan China. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing yang semakin meningkat besar. Berdampak pada harga beberapa barang di pasar. Bidang industri adalah bidang yang mengalami dampak terbesar dari adanya pandemi Covid-19 ini menurut penulis. Hal itu berdasarkan pada pengamatan penulis terhadap beberapa perusahaan manufaktur dan bisnis yaitu terhadap proses operasional yang berjalan selama pandemi Covid-19. Sebab, seperti diketahui bahwa pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan PSBB sebagai langkah yang tepat untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di Indonesia. Kebijakan tersebutlah yang membawa dampak pada bidang industri. Perusahaan manufaktur tidak dapat beroperasi dengan maksimal dan optimal, bahkan untuk perusahaan di luar dari bidang pangan, tekstil dan penyedia alat kesehatan dianjurkan oleh pemerintah untuk memberhentikan proses produksinya sampai pada masa waktu yang akan ditentukan nantinya. Sehingga, hal ini mengganggu keoptimalan dari alir rantai pasok perusahaan terutama dalam hal inventory terkhususnya proses pengadaan barang dan manajemen tranportasi barang dan logistik yang terhubung dengan supplier, retailer, reseller, bahkan konsumen langsung.
Di sisi lain, dalam hal bisnis juga terasa begitu dampaknya. Proses pengadaan barang dan pendistribusian barang dari perusahaan manufaktur (supplier) kepada pihak pemilik bisnis tidak berjalan optimal. Selama masa PSBB, terdapat aturan kebijakan untuk mengutamakan pendistribusian terhadap ketiga barang utama ang dibutuhkan masyarakat yaitu pangan, tekstil, dan alat kesehatan dan pelindung diri, di luar dari itu akan lebih dibatasi ruang geraknya. Dengan begitu, pemilik bisnis tidak dapat memasok barang-barang jualannya ke toko. Hal tersebut membuat, pemilik bisnis hanya bisa memnafaatkan persediaan barang yang tersisa (penyimpanan/inventory). Selain itu, dengan adanya kebijkan PSBB juga, ruang gerak masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan juga dibatasi, sehingga permintaan pelanggan terhadap penjualan di toko mengalami penurunan.
Padahal kebutuhan manusia setiap harinya terus bertambah, masing-masing indivdu memiliki kebutuhan tersendiri yang harus dipenuhi. Dengan PSBB ini menyebabkan peningkatan permintaan konsumen pada pasar. Padahal pabrik tidak juga beroperasi untuk melakukan produksi, sehingga stok produk pun juga mengalami penipisan. Sehingga, moda transportasi yang digunkan beberapa perusahaan tidak dapat beroperasi sebab tidak ada barang/jasa yang akan didistribusikan. Dalam menjalankan 6 moda transportasi dalam mendistribusikan barang, dibutuhkan bahan bakar dan perawatan mesin, padahal distribusi impor dan ekspor di Indonesia juga terganggu. Itu menyebabkan biaya pendistribusian barang pada moda transportasi (truk, pesawat, kapal laut, pipeline, kereta api, dan package carriers) mengalami peningkatan drastis. Itu juga menyebabkan harga barang juga ikut menjadi naik. Jika melakukan analisis, terhadap kebijakan pemerintah yang berlaku skrg yaitu PSBB. Dimana, pemerintah menangani kebijakan ini dengan memberikan sembako kepada masyarakat tertentu. Dalam pendistribusian sembako ini dibutuhkan moda transportasi (truk, pesawat, kapal laut, pipeline, kereta api, dan package carriers) agar sembako dapat sampai di tangan masyarakat dengan aman dan tepat tujuan dan waktu. Padahal kini, biaya distribusi moda transportasi (truk, pesawat, kapal laut, pipeline, kereta api, dan package carriers) mengalami peningkatan. Itu artinya pemerintah mengeluarkan biaya yang besar untuk melakukan program pemberian sembako, sebab bukan hanya biaya moda transportasi yang mahal, tetapi harga barang atau sembako juga ikut mahal. Padahal untuk sekarang juga perekonomian Indonesia sedang tidak stabil. Itu artinya perlu adanya peninjauan kembali mengenai APBN Indonesia. PSBB juga menyebabkan pemberhentian operasi beberapa pabrik, kecuali pada bidang kesehatan, pangan, dan penyedia APD. Kenyataan yang terjadi, terjadi kelangkaan terhadap barang-barang pada ketiga bidang tersebut. Maka dari itu, barang-barang tersebut juga akan mengalami biaya produksi yang meningkat. Sebab pada ketiga bidang ini, moda transportasi (truk, pesawat, kapal laut, pipeline, kereta api, dan package carriers) mengalami peningkatan permintaan distribusi, menyebabkan biaya distribusi barang jadi pun akan mengalami peningkatan.
Dengan adanya PSBB, masyarakat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara langsung. Secara tidak langsung, kondisi ini memaksa masyarakat untuk mencari sendiri solusi untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi pada saat ini. Informasi dari mana saja dapat diakses oleh masyarakat menggunakan internet atau melakukannya secara daring dari rumah hanya dengan menggunakan smartphone dan kuota internet. Informasi apa saja dapat ditemukan dalam internet terutama mengenai penjualan barang dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seputar harga dan jumlah kebutuhannya. Dengan begitu, masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya dengan melakukan belanja daring. Hal itu semakin didukung dengan semakin meningkatkan situs toko belanja daring baik itu di situs internet tersendiri maupun diberbagai media sosial. Hanya dengan tetap berada di rumah masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pemesanan di salah satu toko daring yang sesuai dan melakukan transaksi sesuai prosedur yang berlaku pada toko belanja daring. Dengan adanya, alternatif dari pemenuhan kebutuhan ini, berdampak baik pada moda transportation, terkhususnya package carriers. Sebab, barang yang dibeli dari toko belanja daring atau situs belanja daring akan berwujud seperti paket yang dapat diantarkan kemana saja ke seluruh Indonesia. Dimana, pendistribusian tersebut dapat dipenuhi melalui moda transportasi package carriers yaitu seperti pos dan kurir, seperti JNE, JNT, Pos Indonesia, dsb. Bahkan untuk sekarang ini, di kota-kota besar telah tersedia layanan COD (Cash on delivery) atau yang lebih dikenal dengan pembayaran dilakukan ketika barang diterima. Dengan, begitu adanya Covid-19 di Indonesia membawa dampak terhadap moda transportation terutama pada jenis package carriers atau kurir yang mempengaruhi gaya hidup masyrakat menjadi lebih konsumtif melalui berbelanja secara daring dari rumah.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H