Oleh : Annie Zulaikha
Terbangun dari mimpi kau sambut aku
Nak, doa bangun tidurnya mana
Tersimpul berbisik kulantun dengan pasti
Menyandarkan lidah di penghujung lisanku
Kemudian senyap
Hangat matahari mengusikku
Mengajak bersenandung pagi bersama sosok teduh seorang Ayah
Aku ... di kala fajar itu melukis wajahmu
Kutatap tegar wajahmu Ayah
Tak bisa kurangkai kata dengan baik
Atau kutata kalimat cinta penuh ta'dzim dengan sempurna 'tukmu Ayah
Karena peluhmu yang dengan setia menemani hari-harimu
Tak sebanding dengan lakuku padamu
Terkuras segala penat, lelah, letihmu teruntuk diriku
Tubuhmu terbakar oleh terik Ayah
Itu demi aku
Tanganmu pun begitu keras menempa tanpa hirau letih
Wajahmu memerah karena bias mendekapnya
Tak kau hiraukan
Itu juga demi aku ... anakmu
Ayah ...
Tergambar sosokmu yang tangguh tanpa mengeluh
Teguh berpendirian menopang segala kericuhan hidup
Penguat jiwa dan pematri kalbu
Tempat bersedu sedan tentang kehidupan
Seperti matahari dirimu Ayah
Menyinari alam semesta tanpa bosan esok dan esoknya lagi menyambut hari demi hari
Ayah ...
Guratan wajahmu membuatku ingin bahagiakanmu
Dalam doa-doa panjangku kebaikan dunia dan akhirat kusematkan
Tersenyumlah Ayah ...
Indah disudut bibirmu kutunggu
Dan katakan sekali lagi padaku ...
Nak, jangan menyerah ...
Tangerang, 6 Oktober 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H