Mohon tunggu...
Cathaleya Soffa
Cathaleya Soffa Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Bersyukur dan jalani saja hidup ini. Man jadda wa jadaa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan Tiba, Ramadhan Tiba...

12 Juni 2017   11:09 Diperbarui: 14 Juni 2017   00:30 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ramadhan tiba... Ramadhan tiba... itulah lagu yang sering kita dengar dari iklan yang tampil di tivi-tivi nasional. Setiap saat lagu ini seolah menjadi pendamai dan rindu kepada sang kekasih. Seketika jika mendengarnya hati bergembira.

Setahun lalu tepatnya 11 bulan kemarin serasa  hanya beberapa saat saja. Waktu begitu cepatnya berlalu. Rutinitas yang tiada henti. Aktivitas yang menuntut manusia untuk bergerak terus menerus membuat lupa bahwa hari dan waktu itu berkurang tiap detiknya. Secara tiba-tiba tanpa disadari kita bertemu lagi dengan bulan ini yakni bulan Ramadhan. Tak ada jemunya, tak ada bosannya. Justru pertemuan itu semakin menambah semangat menyambut bulan suci ini. Tentu ada perasaan bahagia. Menyambut bulan yang di dalamnya ada banyak rahmat dan ampunan, pertemuan dengan rasa lapar dan dahaga, bersentuhan dengan 'menahan diri' dari bentuk perbuatan dan tindakan negatif. Ini pasti berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

Tapi apakah yang terlintas dalam pikiranmu jika kau bertemu dengan bulan Ramadhan? Mungkin sebagian orang yang merantau akan bilang 'mudik, atau ada lagi yang bilang beli baju baru dan sebagainya. Ingatkah dengan tradisi yang terjadi di sebagian masyarakat kita oleh adanya kegiatan 'ngabuburit? Jalan-jalan dadakan di sore hari. Yups... niatnya bermacam-macam. Ada yang sekedar mencari udara segar saja, mencari makanan, silaturahim ke rumah kawan, atau mungkin berkeliling bersama keluarga mengunjungi rumah makan untuk berbuka bersama. Ini berkah dan berpahala jika niatnya karena Allah Ta'ala. Namun akan menjadi malapetakan dan catatan buruk bagi si pelakunya jika 'ngabuburit dimanfaatkan untuk sesuatu yang tidak pada tempatnya. Mencari kesempatan untuk bermaksiat kepada Allah Ta'ala, berboncengan dengan lawan jenis (pacaran) di sepanjang jalanan misalnya. Atau kebut-kebutan sambil berteriak-teriak dan mengganggu lalu lintas orang-orang sekitarnya justru akan menambah nilai negatif. Tak akan mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang dirasakannya sementara hati, dan akalnya jauh dari kebaikan. Sungguh bukan ini sebenarnya yang diharapkan.

Ramadhan adalah hari kebaikan juga keberkahan. Hari-hari penuh kasih sayang, cinta dan kepedulian. Ada banyak pahala berlipat ganda yang akan disandangnya bila mampu memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Perbanyak ibadah, kepada Allah Ta'ala dan berbuat baik kepada sesama manusia itu bagian yang harus diamalkan sebagai bentuk ketaatan kita kepada Sang Khalik. Bagian dari inilah yang semestinya dilakukan untuk menambah suasana bulan suci ini menjadi barokah. Insyaa allah.

Semoga di hari pertemuanku denganmu di hari ke tujuh belas ini, wahai bulan yang penuh rahmat, dan ampunan, kami bisa menjadi seorang hamba yang beriman dan bertakwa. Bisa membawa diri dan hati kami jauh kepada kebaikan. Mampu untuk lebih memaksimalkan diri menjadi pribadi yang sholeh. Mampu untuk menjadi pribadi yang dimuliakan oleh-Nya dan bisa dibanggakan Allah Ta'ala. Aamiin ya robbal'aalamiin.

Cathaleya Soffa

Pondok Cabe, 12 Juni 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun