Tentang rasa yang kita mainkan kemarin. Itu benar adanya. Tentang rindu. Tentang cinta. Tentang sayang. Aku meminjamkan kata kata itu dari kalbu.Â
Aku penikmat asih bertandu tandu di setiap sulur jiwa dan hatiku. Kau mengerti itu.
Tentang rasa yang kita mainkan kemarin itu, benar adanya. Rindu yang mendekam tak henti meriyak. Bergelombang percik percik kecil mengalir begitu saja. Tanpa bumbu bumbu lainnya. Aku penyuguh rindu untuk kau telaah dalam dalam.
Aku menyampaikan tentang rasa. Kemarin itu adalah sesalku kepada ruang waktu dan jarak pemisah yang paling sempurna. Setelah kita merajut benang benang cinta. Mengubah hari hari indah menjadi lebih indah. Untuk kita temukan rasa yang tak bisa kita hempas seenaknya.
Itu kemarin. Itu kemarin, cinta yang membelenggu namun kini kulepaskan. Jejak lama yang sudah melapuk, Sayang. Kenang kenangan yang sudah tertindih takdir. Sudah usai. Kau dan aku memilih jalan yang berbeda. Sudah selesai. Maafkan.
Tentang rasa yang kita mainkan kemarin. Adalah asap cigarette yang kau tiupkan melalui sela bibirmu. Kau semaikan racun. Kau lesapkan nikotin di kedalaman temu. Beranda kita di sehelai kotak dadu. Persinggahan sesaat. Maafkan. Aku hanya merindu. Tidak lebih.
19 Agustus 2019