Mohon tunggu...
Cathaleya Soffa
Cathaleya Soffa Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Bersyukur dan jalani saja hidup ini. Man jadda wa jadaa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sekeping Hati untuk Bidadara

16 Juni 2019   15:44 Diperbarui: 18 Juli 2019   04:39 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagaimana caranya menerjemahkan ini? Lisanmu yang terhindar dari angkara. Dan pituturmu adalah aksara yang meraja. Mengeja setiap bait sajak. Aku berada dalam genggaman kata kata. Kau adalah frasa tanpa ambigu. 

Bagaimana caranya menerjemahkan ini? Ketika jiwa jiwa kita disatukan. Kutemui di antara hati yang merah. Ada pribadi yang menawan. Dan sosok yang hangat. Adalah anugerah Tuhan untuk bisa kujaga. Kau abjad tanpa kata. Kau lidah tanpa lisan. 

Bagaimana caranya aku menerjemahkan ini. Cintamu yang diam. Rindumu yang karam. Itu prasati tanpa lingua. Kau bahasa yang tak terumpamakan. Kau gelisah yang tak terindahkan. 

Bagaimana caranya menerjemahkan ini? Dibalik hati yang bahagia. Aku dermakan sederet angka genap untukmu. Aku mengukiri hatimu, bidadara. Belahan jiwa. Permata jingga.

16 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun