Rembulan jatuh di pangkuan. Kerlap cahaya sendunya. Memancarkan sinar keteduhan. Ketika kau menumbuhkan awan awan yang hilir. Di antara riak bunga bunga malam. Kulena dalam dekapan berkasnya.Â
Henyak dalam panorama indah. Bersama siluetmu. Sebagai raga yang tak hanya sandra. Dalam kepingan kepingan utuh itu. Kaulah gerimis menitis. Embun yang jatuh. Gersik persik yang hingar. Kau lantunan melodi yang mendayu. Kau raja diraja yang menggelombang di ombak debar jantung.Â
Permata jingga. Anugerah titipan Ilahi
Sebelum dini hari menjadi pagi. Ketika roda bumi berhenti. Serta gravitasi tak lagi berarti. Karut marut di benakmu itu. Sebagai mendung mendung yang mencacah ranting ranting nurani. Terjerembab dalam ruang ruang berjeruji. Pengab. Basah dan tanpa mahdah.Â
Rembulan malam ini jatuh di pangkuan. Di genggaman jemari. Ia bertutur. Cinta abadi adalah cinta hakiki. Di kedalaman mata hati. Adalah cinta murni. Cinta ilhami. Kehadirannya dari Sang Maha Pemberi.Â
19 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H