Selamat berjuang anak anak. Lihat. Mentari pagi bersiul indah. Paparan sinarnya tak enggan memeluk semesta. Kita semua dibuatnya hangat. Apa kau merasakannnya, Nak?Â
Tentu saja. Saat tubuhmu terpancar dari balik pintu, sinarnya menerpa kulitmu. Kau merasakannya, Nak? Sementara abimu bersiap mengahantarkanmu ke sekolah. Baik baiklah kau di sana ya Nak.
Selamat belajar anak anak. Lihat. Pagi ini umi membawakanmu bekal. Dua hal yang akan kau simpan. Pertama, pengganjal perutmu. Jangan lupa ketika matahari menyapamu tepat di atas ubun ubun kepala. Isilah perutmu. Supaya letih di sekujur raga dan jiwamu pulih. Tetaplah bersemangat.Â
Kedua, belajarlah yang tekun dan bertanggung jawab ya, Nak. Tanyakan apa saja kepada gurumu. Dia akan dengan senang hati menjawab pertanyaanmu. Jangan lupa, hormatilah mereka. Karena ia pengganti orang tua di sekolahmu.Â
Selamat menempuh hari baru anak anak. Lihat. Pagi dengan teduhnya membawa warna pelangi. Kau masih sempat memandanginya? Ah..., tentu saja tidak. Sejak fajar bergelayut di ufuk timur, kau sibuk. Itu katamu. Mana bisa kau barang sejenak tengok sang surya dengan segala ronanya. Kau sibuk. Sekali lagi kau mengatakan itu.Â
Kau tahu. Ini hari baru. Setiap matahari tergelincir dari langit ujung timur, kau harus dengan sigap bergegas menyambutnya dengan semangat baru. Tegakkan langkah.
Selamat pagi anak anak.Â
Ciputat, 26 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H