Ketika kutuliskan ini, aku tidak berada di negeri Berlin. Atawa berjejak di negeri sakura. Dimana ada salju dan tumpukan tumpang tindih beku gumpalan es.Â
Aku masih di sini. Tempat kita menganyam rindu. Di hutan belantara. Rimba di tengah tengah rimbun pohon menjulang. Kita diantara semak tropis dengan rinai dan hangat mentari. Ada kawah mengepul disana. Setelah melewati rindang tak bertuah.Â
Bukankah kita pernah mendaki bersama?
Jika saja kau melupa. Benakmu tertutup oleh embun. Sebaiknya hempaskan debu debu mesiu dari memorimu. Bersihkan dengan kapas basah.
Tapi sejak jiwaku luruh di kotamu. Kota kita, pernah menjaring awan biru. Mentertawakan capung hinggap di ubun ubun kepalaku. Ada salju turun perlahan. Terbang ringan di jiwa. Entah apa alasannya dia bertengger duduk diam. Tak melakukan apapun. Turun saja berderai.Â
Aku dibekukan rasa. Kenang tempat kita merajut asa.Â
Tangerang, 2 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H