Namanya Anna. Apel yang berasal dari pegunungan indah. Kota tempat kita kali pertama bersua.
Sepagi subuh hingga terbenam, terik tak mau mendekat. Dingin digigil sepanjang malam dan hari. Selimut kabut pekat berantak di rimbun daun.
Aku menenteng keranjang. Kupunguti apel anna yang terjatuh. Kupetiki buahnya yang matang.Â
Kamu di antara pohon pohon itu. Berdiri mematung menatap bayang bayang kabut yang turun. Semilir menyapu ilalang.
Kujumputi bunga bunganya. Kukumpulkan dan kuronce. Sebagiannya kusimpan dalam genggaman.
Kamu masih mematung di situ. Geming beku tanpa asbab. Seolah kamu bangunan es di kutub utara. Aku risau.
Hai...
(Hai... hai... hai... hai... )
Haaai...
(Hai... hai... hai... hai... )
Pantulan suara itu mengikuti teriakanku. Kau terusik. Hanya pundakmu yang sedikit terangkat.Â