Mohon tunggu...
Minal Maimanah
Minal Maimanah Mohon Tunggu... -

nothing special

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memilih Pemimpin = Memilih Hati

29 Agustus 2013   11:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:39 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seseorang yang bertindak tidak sesuai hati nurani, menandakan bahwa ia tidak bisa dipimpin oleh hatinya sendiri. Sehingga kedepannya ia akan sulit untuk dipimpin oleh orang lain. Terlebih lagi, ia akan sangat sulit untuk menjadi pemimpin.

Inti dari segala hidup ini berawal dari hati. Hati nurani adalah organ rahasia dari Tuhan yang khusus dijadikan penyeimbang dari otak. Otak ini bersifat keduniaan. Harta, kedudukan, prestasi duniawi dan lain sebagainya yang menimbulkan kepuasan hidup disokong oleh otak. Sedangkan hati, selalu menuntut ketenangan. Dimana ketenangan sejati adalah ketika kita dekat dengan Tuhan kita.

Hati nurani, dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk. Dan selalu memerintahkan kita untuk memilih yang baik. Namun otak yang mengedepankan logika, adakalanya bertentangan dengan hati nurani. Semua kembali pada diri kita apakah kita akan memilih otak, atau hati?

Hakikat manusia dibumi ini adalah sebagai pemimpin. Minimal adalah pemimpin diri sendiri. Minimal tapi sebenarnya adalah yang paling sulit. Karena disitu kita harus berperan ganda sebagai pemimpin dan yang dipimpin. Bersifat tegas sebagai pemimpin sekaligus menurut kepada pemimpin. Kadang juga bingung apa kita harus menjadi penurut atau sebagai oposisi?

Bung Karno pernah mengungkapkan bahwa zamannya lebih mudah karena hanya melawan penjajah, sedangkan zaman kita akan sangat sulit karena melawan diri sendiri. Mantan pebulutangkis nasional, Taufik Hidayat, juga pernah mengungkapkan bahwa ketika dapat mengalahkan diri sendiri, maka lawan dilapangan siapapun akan dapat dihadapi. Hal ini menandakan bahwa diri sendiri memang sangat kompleks. Banyak gejolak batin yang akhirnya membuat kita gagal menaklukan diri sendiri.

Kembali ke masalah pemimpin. Dimana hari ini bertepatan dengan pemilihan gubernur dan wakil gubernur provinsi Jawa Timur, provinsi yang saya tempati sebagai tempat rantauan, setidaknya untuk 3 tahun lagi. Katakanlah yang paling umum terjadi, “serangan subuh”. Jika calon gubernur itu menggunakan hatinya, maka ia tidak mungkin menggunakan cara ini untuk meraih suara. Berarti ia mendapat 2 nilai, yaitu telah mengalahkan diri sendiri, dan pantas untuk menjadi pemimpin. Juga dengan rakyatnya, jika rakyat menggunakan hati untuk memilih maka ia akan menolak serangan subuh itu dan memilih pemimpin sesuai hatinya. Berarti ia mendapat 2 nilai, yaitu telah mengalahkan diri sendiri dan siap untuk dipimpin oleh orang lain yang juga berhati.

Kembali ke hati, berarti kita telah kembali ke jalan Tuhan. Dimana memang Tuhan adalah sebaik-baiknya tempat untuk kembali. Sehingga milikilah hati yang baik untuk mendapatkan pemimpin yang baik hati.

Selamat dipimpin oleh hati untuk memilih pemimpin berhati untuk warga Jawa Timur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun