Suatu hari, aku mengalami peristiwa yang bisa dibilang unik sekaligus membuat aku harus mengelus dada. Saat itu, aku sedang pulang sekolah. Biasanya dari sekolah aku naik bus kota sebut saja bus BG. Bus itu biasa datangnya lama, kadang 10 menit, 15, 20 bahkan pernah sampai 30-60 menit. Banyak diantara teman-temanku yang naik bis itu. Sehingga, walaupun lama, kita tetap setia menunggu karena banyak teman. Itung-itung sebagai kenangan dan perjuangan masa SMA. :D
Selain BG, untuk menuju rumahku, aku bisa naik angkot, sebut saja angkot PLS. Namun, angkot PLS tidak melewati jalan didepan sekolahku. Aku harus naik angkot yang lain terlebih dahulu menuju sub terminal untuk menaiki angkot PLS itu. Sehingga aku lebih memilih naik BG. Lumayan ngirit seribu. :D
Pada hari itu, kebetulan BG lama sekali. Banyak temanku yang sudah mengeluh. Hal seperti itu memang sudah biasa. Namun, tiba-tiba, bagaikan ketiban durian runtuh, hatiku riang bukan kepalang. Karena saat itu ada angkot PLS yang melintas dijalan sekolahku. Terkadang memang ada angkot PLS yang melintas karena baru saja disewa oleh orang menuju suatu tempat, dan hendak kembali ke jalurnya. Nah, jalan menuju kembali itu biasanya angkot PLS sekaligus mencari penumpang.
Tanpa berpikir lama, aku memutuskan untuk naik PLS. Sebelum naik, aku melihat dari kejauhan bahwa BG datang. Namun aku tetap pada pendiranku untuk naik angkot. Meski terhitung butuh waktu lebih lama, namun angkot sedikit lebih nyaman terutama pada jam pulang sekolah. Karena pada jam pulang sekolah, BG biasanya penuh sesak dan pengap. Sehingga ketika PLS datang aku menganggap itu adalah anugerah yang besar. :D :D. Selain aku, ada juga dua temanku yang juga menaiki angkot itu.
Namun jantungku berdetak lebih kencang ketika BG berjalan jauh lebih cepat daripada biasanya. (BG adalah bus yang terkenal lebih lambat dan sabar dibanding bus-bus yang lain di kota Magelang. Makanya aku suka naik BG daripada yang lainnya, alasan utama karena aku takut. :P). Sebelum angkot PLS berjalan, BG sudah ada didepan angkot yang kunaiki tersebut. Dua kernet turun dan menghampiri angkot yang kunaiki dengan muka yang menurutku cukup mengerikan.>_<. Ternyata kedua kernet itu protes karena angkot PLS itu mencari penumpang bukan ditempatnya. Mereka menganggap bahwa angkot polos itu merebut penumpangnya. Tentu saja sopir angkot PLS itu menyangkal.
“Cuma Payaman (nama desaku)kok. Dia tetanggaku.” (Tentu saja sopir itu tau bahwa aku rumahnya payaman karena sebelum naik, aku tanya apakah angkot itu menuju Payaman atau tidak. Dan yang benar aku sama sekali bukan tetangganya, sama sekali tidak mengenalnya. :D)
“Ya sudah. Besok jangan diulangi lagi ya.” Akhirnya kedua kernet itu melepas angkot yang kunaiki.
Aku merasa sedikit lega. Akhirnya ini tidak menjadi masalah besar. Ya, karena sebelumnya aku pernah mengalami hal serupa. Namun bedanya, saat itu aku harus turun dari angkot dan naik BG. Mungkin karena saat itu angkot PLSnya penuh, dan pihak BG tidak mau menerimanya. Bahkan saat itu kedua kernetnya marah-marah dengan galaknya dan mebuatku takut .Pantas saja supir PLS waktu itu tidak bisa berkutik.
Akujengkel sekali waktu itu. Kenapa? Karena saat itu aku sedang duduk dengan nyamannya di angkot. Tidak penuh sesak, tidak berdesak-desak kan, bisa duduk nyaman, bisa ngobrol, bisa menikmati pemandangan Magelang yang permai, *lebay.com, dan sebaginya. Namun kenyamanan itu harus berakhir karena aku (kita) harus pindah ke BG. Dimana BG saat itu sudah penuh dan aku harus berdiri. Kejengkelanku memuncak pada saat sampai disuatu tempat, BG kembali kebanjiran penumpang, dan aku tambah tidak bisa bergerak. Akhirnya aku membayarkan uang Rp 1000 dengan perasaan tidak ikhlas, dan turun dengan sangat hati yang tidak karuan. :p
Namun kemudian, saat aku berjalan menuju rumahku aku mulai berfikir. Betapa uang Rp 1000 bisa membuat persaingan yang luar biasa. Aku memegang erat uang seribu yang aku ambil dari sakuku. Sedikit miris jika teringat peristiwa tadi. Aku tidak menyangka bahwa peristiwa tersebut bisa aku alami sendiri. Aku mengira bahwa peristiwa labrak-melabrak hanya ada di televisi atau di kota-kota besar yang tidak akan kutemui. Namun aku salah besar. Semua itu ternyata ada disekitarku. Yang bisa aku temui kapan saja. Ckck….
Jujur, saat mengalami peristiwa itu aku sangat takut. Bukan apa-apa, karena memang aku tidak pernah menyangka bisa mengalami peristiwa itu sendiri. Aku kira, peristiwa ini tidak akan terjadi jika semua sistem di Negara ini sudah tertata rapi. Tidak lagi semrawut. Namun, sepertinya hal itu tidaklah mudah. Antara BG dan PLS menurutku memang tidak ada yang salah. Bagaimanapun mereka sama-sama butuh penumpang. Dan penumpang adalah hal yang paling berharga buat supir angkot. Yang aku sayangkan adalah, betapa yang kuat selalu menang. Ini baru sebagian kecil hal yang untungnya masih bisa diterima dengan akal sehat. Tapi aku yakin, diluar sana masih banyak hal yang lebih mengerikan dari hal ini. Dan aku berharap tidak pernah bertemu dengan hal tersebut. Ini hanyalah sebagian cerminan betapa semrawutnya negeri ini. Kondisi semacam ini akhirnya membuat rakyat kecil yang tidak tau apa-apa lah yang kembali menjadi korbannya. T_T. (Minal Maimanah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H