Bukan hanya korban tewas yang tenggelam. Peristiwa penuh duka yang melibatkan ratusan bahkan ribuan orang juga terjadi. Seperti contoh belum lama ini, timbul bentrok aparat dengan para penambang PETI di Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Selasa (1/10) sore.
Penertiban yang dilakukan aparat kepolisian tersebut berbuah bentrok. Akibatnya, dua warga dan satu anggota brimob tewas. Puluhan warga dan polisi lainnya mengalami luka-luka.
Kurang bijak rasanya jika mencari kambing hitam dalam kasus ini. Baik dari masyarakat, pemerintah ataupun polisi. Di satu sisi, aparat keamanan menjalankan perintah untuk melakukan penertiban PETI yang sudah lama berlangsung di Kabupaten Sarolangun. Apalagi penertiban itu disetujui pimpinan daerah setempat.
Di sisi lainnya, masyarakat juga butuh pekerjaan untuk menghidupi dirinya, dan keluarganya. Tak dipungkiri, sepanjang aliran sungai atau anak sungai di Sarolangun, bisa dengan mudah kita jumpai para pendompeng beroperasi.
Selain itu, bentrokan dengan menimbulkan korban jiwa juga banyak terjadi. Di Kabupaten Bungo, kasus yang sempat menghangat yakni bentrok antara dua warga Desa Lubuk Nyiur dan Desa Pedukun, Kecamatan Tanah Tumbuh, Bungo, Senin (17/9/2013).
Bentrokan bermula saat 60 siswa asal Desa Pedukun pulang sekolah dengan pengawalan empat anggota Shabara. Diketahui, sebelumnya pernah terjadi bentrok antara dua warga desa itu.
Ditengah perjalanan, tepatnya disebuah jembatan batas kedua desa, rombongan siswa tiba tiba dilempari batu yang diduga berasal dari warga Desa Lubuk Nyiur. Setelah itu tersebar isu yang menyebutkan ada warga Pedukun diserang warga Desa Sungai Nyiur.
Akibat isu tersebut, ratusan warga Desa Pedukun langsung mendatangi Desa Lubuk Nyiur untuk menuntut balas, bentrokan pecah. Seorang warga Desa Pedukun atas nama Herman (47) meninggal dunia akibat luka tembak senjata rakitan dibagian punggung tembus ke dada.
Banyak lagi peristiwa-peristiwa konflik antara masyarakat dengan perusahaan sawit, kayu dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Ataupun konflik masyarakat dengan masyarakat sendiri. Konflik yang berujung bentrok itu, ada juga terjadi di Kabupaten Batanghari, Tebo, Kerinci, dan beberapa daerah lainnya.
Kita berharap, di 2014 nanti konflik-konflik serupa yang menimbulkan korban jiwa, materil, tidak terjadi lagi. Pemerintah, sebagai ujung tombak dari satu wilayah hendaknya bisa mengambil solusi untuk mengatasi semua permasalahan di masyarakat. Minimal bisa meminimalisir suatu kejadian sebelum timbul menjadi konflik yang cukup besar. (26/12/2013/rahimin wartawan Tribun Jambi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H