Senja itu ketika langit mulai jingga
Ditepi jalanan yang berdebu
Kita berdiri tegak dan berteriak
Ketakutan akan persaingan mengikat tangan kita
Kita hampir menyerah pada lelah yang ganas
Kita hampir pasrah pada hari yang panas
Hari itu berahir dengan malam curang yang menawan
Jiwa kita terhipnotis dengan lagu sendu
Tidak bisakah kita tetap bertahan?
Tetap disini menunggu pagi
Atau hidup yang harus membuat kita terbangun lebih awal
Suatu hari aku dengar orang-orang berbicara tanpa suara
Ketika Rajawali telah letih mengintai mangsanya
Dan dihari yang lain aku lihat orang buta memasukan benang pada jarum
Ketika bunga matahari mulai layu dan menghitam
Wajah-wajah yang tak asing menasehati kita dengan senyuman
Seolah lebih tahu,
Seolah peduli,
Tapi bau busuk persaingan menyebar diseluruh ruangan
Kaki-kaki yang biasa berdiri tegap diatas tanah dan rumput yang datar
Berlarian membawa bendera kebesaran
Ada yang berteriak ada yang mengeluh
Ada yang tulus ada yang terpaksa
Hari itu Rajawali yang lelah kembali membentangkan ambisinya
Biji-biji matahari yang layu menumbuhkan kuncup semangat baru
Pemilik makhluk-makhluk itu menanti dengan cemas
Bagaimana hari berikutnya…
Dan jawabannya?
Tertulis dihati setiap jiwa bebas yang membaca..
Tapi jiwa bebas hanya sebuah imaji
Tak ada yang bebas, semua serba terbatas
Pandanganpun terbatas
Ada yang dibatasi ruang, waktu, keadaan,
Namun yang tidak pantas adalah kalian yang dibatasi kemauan
Aku sedang berbicara tentang kita
Serigala yang tidak pernah tidur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H